Ibunya pun turut angkat bicara, "Kami hanya khawatir, Nak. Bagaimana jika nanti kamu kesulitan mencari pekerjaan?"
"Bu, aku berjanji akan tetap serius dengan sekolahku. Tapi bisakah kalian juga mendukungku untuk mengembangkan minatku di bidang lain? Aku yakin dengan kerja keras, aku bisa sukses di jalur yang kupilih," Zara meyakinkan.
Setelah diskusi panjang, akhirnya orang tua Zara mulai menunjukkan pengertian. Mereka setuju untuk lebih terbuka terhadap minat Zara, asalkan ia tetap menjaga prestasi akademisnya.
Ibu mengangguk dan berkata, "Baiklah, kami akan mencoba untuk lebih terbuka terhadap minatmu, Zara..."
Ayah menambahkan, "Tapi kamu harus janji kepada kami, kamu akan tetap menjaga prestasi akademismu."
Zara tersenyum dan menjawab, "Aku janji, Yah, Bu. Aku akan berusaha seimbang antara minat dan akademikku."
Setelah diskusi itu, Zara merasa lega. Ia merasa bahwa dukungan orang tuanya adalah langkah awal yang baik untuk mengejar impiannya.
Beberapa minggu berlalu sejak pembicaraan Zara dengan orang tuanya. Hubungan mereka mulai membaik, dan Zara merasa lebih bebas mengekspresikan minatnya dalam seni. Ia bahkan mulai mengikuti kelas melukis di akhir pekan.
Suatu hari, saat Zara sedang berjalan pulang dari sekolah bersama Dafa, mereka melihat kerumunan orang di depan sebuah galeri seni.
"Ada apa ya?" tanya Zara penasaran.
"Ayo kita liat kesana," ajak Dafa sambil menunjuk ke arah kerumunan.