Beberapa minggu berlalu, dan meskipun Zara berusaha lebih keras untuk berkomunikasi dengan Dafa, mereka tetap merasa ada jarak yang semakin melebar. Perbedaan waktu, kesibukan masing-masing, dan pengalaman hidup yang berbeda mulai menciptakan celah dalam hubungan mereka.
Suatu hari, setelah selesai menghadiri sebuah pameran seni, Zara duduk di sebuah kafe kecil di sudut kota. Ia memutuskan untuk menelepon Dafa.
"Hei, Daf," sapa Zara lembut.
"Hai, Ra. Bagaimana pamerannya?" tanya Dafa.
"Luar biasa. Aku bertemu banyak seniman hebat. Tapi... ada sesuatu yang perlu kita bicarakan, Daf," Zara memutuskan untuk jujur.
Ada jeda sejenak sebelum Dafa menjawab, "Aku juga, Ra."
Keduanya terdiam, seolah tahu apa yang akan dikatakan, tapi takut untuk mengucapkannya.
Akhirnya, Zara memberanikan diri. " Daf, aku merasa... kita semakin menjauh. Aku berusaha, tapi rasanya semakin sulit..."
"Aku tahu, Ra. Aku juga merasakannya," potong Dafa.
"Kita berada di dunia yang berbeda sekarang." lanjut Dafa.
Air mata mulai menggenang di mata Zara. Ia merasakan harapan yang samar.