Tawaran untuk menjadi seniman tetap di galeri itu sangat menggoda. Ini bisa menjadi awal dari karir internasional yang selalu ia impikan. Tapi di sisi lain, ada kerinduan akan rumah, akan Indonesia, yang mulai terasa semakin kuat.
Zara membuka ponselnya dan melihat foto-foto lamanya. Foto bersama keluarga, teman-teman, dan tentu saja, Dafa. Ia merindukan kehangatan itu, tapi ia juga sadar bahwa New York telah memberinya banyak hal yang tidak bisa ia dapatkan di tempat lain.
Keesokan harinya, Zara memutuskan untuk menelepon orang tuanya untuk meminta nasihat.
"Ayah, Ibu, aku bingung," Zara memulai. "Aku mendapat tawaran bagus di sini, tapi aku juga rindu rumah."
Ayahnya menjawab dengan bijak, "Zara, sayang, kamu harus mengikuti kata hatimu. Tapi ingat, kadang kita perlu keluar dari zona nyaman untuk tumbuh."
Ibunya menambahkan, "Kami akan selalu mendukungmu, Zara. Rumah akan selalu ada di sini untukmu."
Setelah pembicaraan panjang dengan orang tuanya, Zara merasa lebih jelas. Ia tahu keputusan apa yang harus ia ambil.
Beberapa hari kemudian, Zara bertemu dengan perwakilan dari galeri tersebut.
"Saya sangat menghargai tawaran Anda," Zara memulai.
"Dan saya memutuskan untuk menerimanya, tapi dengan satu syarat," lanjutnya.
"Apa itu?" tanya perwakilan galeri tersebut.