"Bu, boleh aku bicara sebentar?" tanya Zara hati-hati.
Ibunya menoleh, ekspresinya masih terlihat kecewa. "Ada apa, Ra?"
Zara menarik nafas dalam-dalam sebelum berbicara, "Aku minta maaf soal kemarin. Aku tahu Ibu dan Ayah hanya ingin yang terbaik untukku. Tapi... bisakah kita duduk bersama nanti malam dan membicarakan ini dengan tenang? Aku ingin Ibu dan Ayah mendengarkan apa yang kurasakan."
Ibunya terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Baiklah. Nanti malam kita bicarakan lagi."
Zara tersenyum lega setelah mendengan perkataan itu. Setidaknya ini awal yang baik. Ia pun kemudian berangkat ke sekolah dengan perasaan lebih ringan, seolah langkahnya dipenuhi semangat baru.
Sesampainya di sekolah, Zara segera mencari Dafa, kekasihnya yang selalu bisa membuatnya merasa lebih baik.
Ketika mata mereka bertemu, senyuman di wajah Dafa seolah menghapus semua kekhawatiran yang sempat mengganggu pikirannya.
"Bagaimana? Sudah bicara dengan orang tuamu?" tanya Dafa, matanya menatap Zara dengan penuh perhatian.
Zara mengangguk, "Sudah. Aku sudah minta maaf dan mengajak mereka bicara lagi nanti malam. Semoga kali ini mereka mau mendengarkanku."
Dafa menggenggam tangan Zara, memberikan dukungan. "Aku yakin kali ini akan berjalan baik. Kamu sudah melakukan hal yang benar dengan mengajak mereka bicara baik-baik."
Zara tersenyum, merasa beruntung memiliki Dafa di sisinya. Kehadiran Dafa membuat Zara merasa lebih kuat menghadapi masalahnya.