"Mungkin... mungkin kita perlu waktu untuk memikirkan semuanya. Untuk fokus pada diri kita masing-masing." Dafa menyatakan, mengungkapkan pemikirannya.
Kata-kata itu, meskipun menyakitkan, terasa benar bagi Zara.
"Mungkin kamu benar. Kita perlu ruang untuk tumbuh." balas Zara.
"Aku akan selalu mendukungmu, Ra. Aku bangga dengan semua yang telah kamu capai," pesan Dafa tulus.
"Terima kasih, Daf. Kamu juga harus mengejar mimpimu," balas Zara, suaranya bergetar menahan tangis.
Setelah percakapan itu, Zara dan Dafa memutuskan untuk mengambil jeda dalam hubungan mereka. Meskipun menyakitkan, keduanya tahu bahwa ini adalah keputusan yang tepat untuk saat ini.
Dalam minggu-minggu berikutnya, Zara memfokuskan dirinya sepenuhnya pada seninya. Ia mengeksplorasi teknik-teknik baru dan bereksperimen dengan berbagai media.
Suatu hari, saat sedang melukis di studio, Zara menyadari sesuatu. Lukisan-lukisannya mulai mencerminkan perjalanan emosionalnya, ada rasa kehilangan, pertumbuhan, dan harapan yang terpancar dari kanvasnya.
Mentor Zara, seorang seniman terkenal bernama Luna, masuk ke studio dan mengamati karya Zara.
"Ada sesuatu yang berbeda dari lukisanmu, Zara. Terlihat ada emosi yang baru," komentar Luna.
Zara tersenyum lemah. "Mungkin karena aku sedang melalui banyak hal."