"Kamu terlihat berbeda, Ra," ucap Dafa sambil tersenyum. "New York sepertinya telah mengubahmu."
Zara tertawa kecil. "Ya... begitulah, banyak yang terjadi selama aku di sana. Bagaimana denganmu, Daf?"
Mereka mulai berbincang, awalnya dengan canggung, tapi perlahan-lahan mereka menemukan ritme percakapan yang dulu.
Dafa bercerita tentang karirnya yang mulai berkembang di sebuah perusahaan teknologi, sementara Zara membagikan pengalamannya di New York dan rencananya ke depan.
"Jadi, kamu akan bolak-balik Jakarta-New York?" tanya Dafa.
Zara mengangguk. "Ya, itu rencananya. Aku ingin membawa seni Indonesia ke panggung internasional, tapi tetap terhubung dengan tempat dimana aku tumbuh, di sini."
Dafa tersenyum tulus. "Itu bagus, Ra. Aku selalu yakin kamu bisa membuat dampak besar di dunia seni."
Ia menatap Zara dengan penuh harapan, merasakan semangat yang mengalir di antara mereka.
Setelah beberapa detik hening, Dafa akhirnya memecah keheningan.
"Ra..." ucap Dafa, suaranya bergetar.
"Dulu aku egois, marah karena merasa kamu terlalu sibuk dengan mimpimu dan tidak punya waktu untukku. Tapi sekarang aku mengerti, harusnya aku mendukungmu. Jadi... maukah kita mencoba lagi? Mulai dari awal?" ungkapnya.