Mohon tunggu...
RSID
RSID Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukisan dalam Bayangan

9 Oktober 2024   18:54 Diperbarui: 26 November 2024   09:45 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya ingin tetap berbasis di Indonesia, tapi saya akan sering ke New York untuk pameran dan proyek-proyek khusus. Saya ingin membawa seni Indonesia ke panggung internasional, sekaligus tetap terhubung dengan akar saya, awal dimana saya tumbuh." jawab Zara.

Perwakilan galeri itu tersenyum. "Ide bagus, Zara. Saya rasa kami bisa mengaturnya."

Dengan keputusan ini, Zara merasa seolah-olah ia telah menemukan keseimbangan yang sempurna antara impian internasionalnya dan kecintaannya pada rumah. Ia akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan karirnya di New York sambil tetap mempertahankan koneksi dengan orang-orang yang berada di Indonesia.

Setelah menyelesaikan semua urusan di New York, Zara bersiap untuk kembali ke Indonesia. Dalam penerbangan panjang menuju Jakarta, ia merenungkan perjalanannya selama ini. New York telah mengubahnya, membuatnya tumbuh dewasa sebagai seniman dan sebagai individu.

Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Zara disambut oleh keluarganya dengan pelukan hangat. Air mata haru mengalir saat ia memeluk ayah dan ibunya. Meskipun ia telah mengalami banyak hal di New York, ada rasa nyaman yang tak tergantikan saat kembali ke pelukan keluarga.

Dalam minggu-minggu berikutnya, Zara mulai menyesuaikan diri kembali dengan kehidupan di Indonesia. Ia membuka studio kecil di Jakarta, tempat ia bisa berkarya dan sesekali mengajar seni kepada anak-anak muda yang berminat.

Suatu hari, saat sedang menikmati secangkir kopi di sebuah kafe dekat studionya, Zara menerima pesan dari Dafa.

"Hey Ra, aku dengar kamu sudah kembali ke Jakarta. Bagaimana kabarmu? Mau bertemu untuk ngobrol?"

Zara menatap pesan itu lama. Ada perasaan campur aduk dalam dirinya. Setelah beberapa saat, ia membalas:

"Hai Daf, iya aku sudah kembali. Baik, bagaimana denganmu? Boleh, ayo kita bertemu. Kapan kamu ada waktu?"

Mereka akhirnya setuju untuk bertemu di sebuah kafe yang dulu sering mereka kunjungi bersama. Ketika Zara tiba, Dafa sudah menunggu di sana. Ada kecanggungan sejenak sebelum mereka berpelukan singkat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun