Dengan dukungan Dafa, Zara berangkat ke New York. Selama di sana, ia sering video call dengan keluarganya, membagi cerita tentang persiapan pamerannya.
Dua bulan kemudian, pada malam pembukaan pameran, Zara berdiri di depan galeri, gugup namun bersemangat. Tiba-tiba, ia mendengar suara yang familiar.
"Mama!"
Zara berbalik dan melihat Arunika berlari ke arahnya, diikuti oleh Dafa yang tersenyum lebar.
"Kalian di sini?!" seru Zara, memeluk erat putri kecilnya dan kemudian suaminya.
"Aku kira kalian akan datang minggu depan," ucap Zara, suaranya masih bergetar karena haru.
Dafa mencium kening istrinya kemudian berkata, "Dan melewatkan malam besar ini? Tidak mungkin. Kami ingin memberimu kejutan."
"Mama, aku sudah lihat lukisan-lukisannya dari tadi! Semuanya bagus!" seru Arunika dengan mata berbinar-binar.
Zara tersenyum, terharu melihat keluarganya hadir di momen penting ini. Ia kemudian menggendong Arunika dan menggandeng tangan Dafa, lalu berjalan masuk ke dalam galeri bersama.
Malam itu menjadi salah satu momen paling berarti dalam hidup Zara. Pamerannya mendapat sambutan luar biasa, dan yang terpenting, ia bisa berbagi kebahagiaan itu dengan orang-orang yang paling ia cintai.
"Mama," Arunika tiba-tiba berseru sambil menunjuk salah satu lukisan, "itu aku?"