Mohon tunggu...
RSID
RSID Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukisan dalam Bayangan

9 Oktober 2024   18:54 Diperbarui: 26 November 2024   09:45 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Entahlah. New York itu kota besar. Bagaimana kalau aku tidak bisa beradaptasi? Bagaimana kalau ternyata aku tidak seberbakat yang mereka kira?" Zara mengungkapkan kecemasannya.

Dafa tersenyum lembut. "Hey, dengar. Kamu adalah seniman paling berbakat yang pernah kukenal. Kamu dipilih karena mereka melihat potensi besar dalam dirimu."

Kata-kata Dafa membuat Zara merasa sedikit lebih tenang. "Terima kasih, Daf. Rasanya sulit membayangkan pergi tanpamu. Aku akan sangat merindukanmu."

"Aku juga akan merindukanmu, Ra. Tapi ingat, ini kesempatan yang tidak datang dua kali. Kamu harus mencobanya sepenuh hati," Dafa menyemangati.

Zara mengangguk, merasa bersyukur memiliki Dafa di sisinya. Namun, saat hari keberangkatannya semakin dekat, rasa haru dan cemas mulai menyelimuti hatinya kembali.

Akhirnya, hari keberangkatan Zara pun tiba. Di bandara, ia berpamitan dengan keluarga dan Dafa. Air mata mengalir saat ia memeluk orang tuanya.

"Jaga diri baik-baik di sana, sayang," pesan ibunya.

"Jangan lupa selalu mengabari kami," tambah ayahnya.

Terakhir, Zara berpaling pada Dafa. Mereka berpelukan erat, seolah tidak ingin melepaskan.

"Aku akan kembali," janji Zara.

"Aku akan menunggumu," balas Dafa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun