Sang istri menatap iba dan kasihan. Dia pun menghampirinya. Memeluknya sambil duduk. Niat hati menguatkan sang suami, tetapi ditepis Ki Nanang.Â
Ni Sariah menangis sendiri sambil mengusap dadanya yang kurus.Â
Pagi yang kelam pagi yang kelabu. Momen ini tidak akan dilupakan keduanya. Malang nian nasib orang tua yang senja. Jauh dari anak-anak dan cucu. Seharusnya di usia senja keduanya hidup tenang dikelilingi orang-orang terkasih. Bukan diasingkan di tengah ladang diantara hutan belantara.Â
Hanya ditemani radio butut yang masih bersuara. Nyanyian sebagai pengantar pelipur lara dikala sepi dan malam mendera.Â
*
*
*
Sementara itu, Muslih dan Larasati menanti dan berharap-harap kedatangan orang tuanya.Â
Merindukan, tapi gengsi. Takut diusir dan disia-siakan seperti dulu.Â
Waktu terus berlalu begitu cepatnya.Â
"Muslih!" sapa tetangganya dulu. Rojali namanya.Â