"Kamu mau ngapain?"
"Udah. Bapak naik ke punggung Laras. Laras gendong Bapak biar cepat sampai rumah. Kasihan ibu sendirian."
"Bapak berat, Nduk," ucapnya menolak.
"Tidak apa-apa. Kan, Laras kuat!"
Mau tidak mau, Ki Nanang pun menuruti apa yang diperintahkan menantunya. Dia pun memeluk Larasati dan menempelkan dadanya ke punggung perempuan 30 tahun itu.Â
Mudah baginya menggendong ayah mertuanya. Ki Nanang bertubuh kurus dan kecil. Sedangkan Larasati bertubuh gempal dan tinggi. Sangat ringan baginya menggendong bobot Ki Nanang.Â
Langkahnya panjang menelusuri jalan setapak yang licin. Lalu, melewati jembatan yang membuat Ki Nanang gemetaran jika melewati jembatan tersebut.Â
Setelah dilewati jantungnya berdegup normal. Rupanya sang menantu melewati dengan baik.Â
Lima belas menit kemudian. Akhirnya mereka pun sampai di rumah. Ni Sariah menunggu dengan cemas. Cucunya yang paling kecil sudah merengek dan rewel. Beruntung sampai rumah mereka pun langsung berbuka puasa.
Ni Sariah cemas melihat kondisi suaminya.
"Untungnya disusul kamu," puji Ni Sariah sambil bernapas lega.Â