Mohon tunggu...
Tar Tibun
Tar Tibun Mohon Tunggu... Guru - Penulis Pemula

Sedang menjalani kehidupan terbawah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Hati Sampai Mati

8 Agustus 2023   07:09 Diperbarui: 8 Agustus 2023   07:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*

*

*

Seminggu telah berlalu. Ki Nanang dan Ni Sariah merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Tinggal bersama anak yang benar-benar menyayanginya sekaligus menantu perempuan mereka. 

Di sisi lain mereka menjalankan ibadah dengan tenang. Karena tidak jauh dari rumah Muslih, ada masjid. Dengan itu mereka bisa menjalankan ibadah tepat 5 waktu. 

Seiring waktu berjalan. Ni Sariah memiliki teman dan tetangga untuk mengobrol. Sifat judes dan tidak suka terhadap Larasati pun mulai muncul kembali. 

"Anakku buta. Masa menikah dengan perempuan jelek sepertinya," ucapnya di sela-sela obrolan tetangga yang sedang berkumpul dengannya. 

"Menantuku yang lain cantik-cantik dan tampan." Dengan bangganya dia membeda-bedakan. Ni Sariah lupa. Dengan apa yang pernah menimpanya. 

Tentunya obrolannya setiap hari, tidak sengaja terdengar di telinga Larasati. Hati mana yang tidak sakit setelah tahu dirinya di beda-bedakan dengan menantu lainnya. 

Suatu hari Ki Nanang memergoki istrinya yang sedang membicarakan Larasati. 

"Eling, Bu. Kita dulu hidup seperti apa. Anak mana yang mau merawat kita selain Larasati? Kamu jangan lupa jika anak-anak kita menyia-nyiakan. Sekarang kamu hidup di mana?" 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun