Mohon tunggu...
Tar Tibun
Tar Tibun Mohon Tunggu... Guru - Penulis Pemula

Sedang menjalani kehidupan terbawah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Hati Sampai Mati

8 Agustus 2023   07:09 Diperbarui: 8 Agustus 2023   07:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Larasati tersenyum tipis. 

"Maaf. Bapak terlalu bersemangat menyambut pesta."

Lagi-lagi ucapan ayah mertuanya membuat perempuan 30 tahun itu kebingungan. Entah apa yang dimaksud Ki Nanang. Apa mungkin yang dimaksud Ki Nanang itu, Idul Fitri?

*

*

*

Malam pukul dua dinihari, Ni Sariah tiba-tiba menangis di sisi tempat tidurnya. Sontak Larasati dan Muslih terbangun. Disusul pula dengan Ki Nanang. Dia heran dengan istrinya yang tiba-tiba menangis begitu saja. 

"Ada apa, Bu?" tanya suaminya. Tangannya bergetar menyentuh bahu istrinya. 

Larasati dan Muslih pun menghampirinya. Mata masih terkantuk-kantuk. Mereka terkejut mendengar ibunya menangis. Tidak biasanya ibunya bersikap seperti itu.

"Ibu mimpi buruk," sahutnya singkat. 

"Oh. Mimpi!" seru ketiganya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun