Mohon tunggu...
Tar Tibun
Tar Tibun Mohon Tunggu... Guru - Penulis Pemula

Sedang menjalani kehidupan terbawah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Hati Sampai Mati

8 Agustus 2023   07:09 Diperbarui: 8 Agustus 2023   07:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari telah dilalui tidak terasa sudah memasuki bulan puasa ke-20. Tidak seperti biasanya Ki Nanang begitu sibuk pergi ke kebun. Memanen terong yang ditanamnya atau mencari kayu bakar. 

Sore itu, Larasati gelisah karena Ayah mertuanya tidak kunjung pulang. Padahal matahari mulai senja dan dekat lagi berbuka puasa. 

"Kemana Bapak, ya?" gumamnya. 

"Susul bapak, Ras. Kok lama sekali di kebun? Ini sudah mau mendekati buka!"

Larasati mengangguk dan segera pergi ke kebun. Perempuan itu menitipkan anak bungsunya pada ibu mertuanya. 

Larasati menyusuri jalan setapak dan melewati jembatan yang terbuat dari sebatang pohon yang dibelah menjadi dua. 

Sesampainya di kebun perempuan 30 tahun tersebut tidak menemukan ayah mertuanya di sana. Lantas, dia tidak menyurutkan langkah mencari Ki Nanang. 

"Pak!"

Tidak ada sahutan. 

"Bapak dimana?!"

"Pak!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun