*
*
*
Ki Nanang masih bersikeras mencarikan menantunya kayu bakar. Lelaki 90 tahun itu berangkat ke ladang usai salat Ashar. Membawa sebilah parang yang diikat di pinggangnya. Biasanya ditemani oleh Muslih jika dirinya di rumah.Â
"Biar Mas Muslih saja, Pak. Bapak di rumah!" cegah Larasati. Di berdiri di ambang pintu dapur menatap punggung ayah mertuanya.
"Nggak apa-apa, bapak masih kuat. Bapak senang kok mencarikan kayu untuk kamu. Karena pesta ini untuk bapak."
Laras terdiam mencerna ucapan Ki Nanang.
"Biarkan saja, Ras. Apa maunya pak tua bangka itu. Dia ngeyel dibilangin!" sambar Ni Sariah.Â
Lantas, Larasati pun mengangguk.Â
"Sini." Ni Sariah menepuk-nepuk lantai. Mengisyaratkan agar Larasati duduk di sampingnya.Â
"Ada apa, Bu?"Â