Mohon tunggu...
Tar Tibun
Tar Tibun Mohon Tunggu... Guru - Penulis Pemula

Sedang menjalani kehidupan terbawah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Hati Sampai Mati

8 Agustus 2023   07:09 Diperbarui: 8 Agustus 2023   07:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*

*

*

Ki Nanang masih bersikeras mencarikan menantunya kayu bakar. Lelaki 90 tahun itu berangkat ke ladang usai salat Ashar. Membawa sebilah parang yang diikat di pinggangnya. Biasanya ditemani oleh Muslih jika dirinya di rumah. 

"Biar Mas Muslih saja, Pak. Bapak di rumah!" cegah Larasati. Di berdiri di ambang pintu dapur menatap punggung ayah mertuanya.

"Nggak apa-apa, bapak masih kuat. Bapak senang kok mencarikan kayu untuk kamu. Karena pesta ini untuk bapak."

Laras terdiam mencerna ucapan Ki Nanang.

"Biarkan saja, Ras. Apa maunya pak tua bangka itu. Dia ngeyel dibilangin!" sambar Ni Sariah. 

Lantas, Larasati pun mengangguk. 

"Sini." Ni Sariah menepuk-nepuk lantai. Mengisyaratkan agar Larasati duduk di sampingnya. 

"Ada apa, Bu?" 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun