Mohon tunggu...
Tar Tibun
Tar Tibun Mohon Tunggu... Guru - Penulis Pemula

Sedang menjalani kehidupan terbawah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Hati Sampai Mati

8 Agustus 2023   07:09 Diperbarui: 8 Agustus 2023   07:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seketika sang istri terdiam. 

"Seharusnya anak kita Muslih, membahagiakan Larasati. Namun kenyataannya sampai saat ini, Muslih belum membahagiakannya juga."

Ni Sariah bagai tertampar dengan ucapan suaminya. Entah hatinya terbuat dari apa. Hingga saat ini perempuan 80 tahun itu belum bisa menerima Larasati sebagai salah satu menantunya. Dia juga lupa siapa yang merawatnya sekarang. 

Ya, seharusnya perempuan 80 tahun itu menyadari perbedaannya. Bukan membeda-bedakannya. 

Sampai saat ini anak-anaknya tidak pernah mencari di mana keberadaan keduanya. Seolah menutup mata dan seolah menutup telinga.

Suatu malam, keduanya tidak bisa tidur. Ki Nanang memijat istrinya yang mengeluh.

"Dipijati olehmu tidak kerasa, Pak." 

"Kalau begitu minta tolong saja sama Larasati," saran suaminya. 

Tidak sengaja pembicaraan mereka didengar oleh Larasati. 

"Enggak ah, nanti yang ada tulang-tulangku pada copot semua."

Ni Sariah tidak tahu jika ucapannya bisa menggores hati menantunya. Ya, Larasati memiliki tubuh yang lumayan gempal. Itu mengapa perempuan 80 tahun suka sekali menyindir atau bahkan terang-terangan menghina fisik Larasati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun