"Istighfar, Bu. Nyebut. Laa ila ha illallah," bisik Larasati ke telinganya.Â
"Maafkan ibu, ya. Ibu banyak salah. I-bu---." Mulutnya tidak mampu melanjutkan kalimatnya.Â
Tangannya gemetaran meraih tangan menantunya. Kemudian tangan Larasati diletakkan ke wajah Ni Sariah.Â
"Laa ila ha illallah."Â
Hening seketika.Â
"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Ibuuu!"Â
Tangisnya pecah seketika bersama suara takbiran di masjid. Tubuh Larasati lemas dan memeluk jasad Ibu mertuanya yang kini terbujur kaku.Â
Malam takbiran disambut dengan duka yang begitu dalam. Isak tangis orang-orang pun memenuhi rumah Larasati.Â
Pukul 10 malam mobil ambulan membawa jasad Ki Nanang. Suara sirene membuat Larasati tidak mampu menyambut kedatangan siapa gerangan pemilik raga yang sudah tidak bernyawa lagi.Â
"Ba-pak!"Â
"Bapaaaaak!" Larasati menangis histeris. Tubuhnya ambruk beruntung disambut beberapa orang yang siap siaga di belakangnya.Â