Mohon tunggu...
Tar Tibun
Tar Tibun Mohon Tunggu... Guru - Penulis Pemula

Sedang menjalani kehidupan terbawah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Hati Sampai Mati

8 Agustus 2023   07:09 Diperbarui: 8 Agustus 2023   07:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Istighfar, Bu. Nyebut. Laa ila ha illallah," bisik Larasati ke telinganya. 

"Maafkan ibu, ya. Ibu banyak salah. I-bu---." Mulutnya tidak mampu melanjutkan kalimatnya. 

Tangannya gemetaran meraih tangan menantunya. Kemudian tangan Larasati diletakkan ke wajah Ni Sariah. 

"Laa ila ha illallah." 

Hening seketika. 

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Ibuuu!" 

Tangisnya pecah seketika bersama suara takbiran di masjid. Tubuh Larasati lemas dan memeluk jasad Ibu mertuanya yang kini terbujur kaku. 

Malam takbiran disambut dengan duka yang begitu dalam. Isak tangis orang-orang pun memenuhi rumah Larasati. 

Pukul 10 malam mobil ambulan membawa jasad Ki Nanang. Suara sirene membuat Larasati tidak mampu menyambut kedatangan siapa gerangan pemilik raga yang sudah tidak bernyawa lagi. 

"Ba-pak!" 

"Bapaaaaak!" Larasati menangis histeris. Tubuhnya ambruk beruntung disambut beberapa orang yang siap siaga di belakangnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun