"Itu jawaban yang benar tapi belum tepat." Perkataanku membuat raut wajahnya kebingungan.
Karena kebingungan Almira bertanya balik:" Lalu menurut abang kenapa hujan itu turun."
"Karena akhir-akhir ini, hati manusia sedang gersang, gampang tersulut amarah . Maka perlu suhu yang dingin untuk meredam mereka. Dan musim penghujan adalah jalan keluarnya."
Almira tampaknya sedang memikirkan jawabannku. Selanjutnya kami hanya diam bukan kehabisan bahan obrolan, hanya saja aku tidak mau menggangu almira yang sedang mencoba berpikir jawabanku, sambil sekali-kali menganggukan kepalanya. Dan aku sambil memperhatikan rintik hujan.
Setelah lama terdiam akhirnya aku memutuskan untuk pamit dari kamarnya.
"Abang pamit ke kamar dulu kamu harus cepat tidur karena besok masih sekolah." Kataku sambil berdiri dan mengusap pucuk kepalanya.
"Siap 86 abang akan almira laksanakan." Jawabnya sambil memberikan tanda hormat kepadaku.
Â
Sungguh Almira adalah anak yang penurut. Perilakunya dapat membuat orang ingin selalu memberikan kasih sayang kepadanya. Setelah dari kamar Almira aku menghampiri Ayah yang sedang duduk di kursi kayu yang sudah agak lapuk sambil memijat pelipisnya.
"Bagaimana keadaan Ayah apakah sehat?" Tanyaku khawatir melihat Ayah sambil memejamkan mata dan memijat pelipis.
"Keadaan Ayahcukup baik, hanya saja terasa sedikit pusing mungkin karena kecapean saja." Ujarnya berusaha menenangkanku.
"Kalo begitu Ayah cepat istirahat dan biar aku membantu memijat kepala agar sedikit lebih rileks. " Tawarku kepadanya.
"Ah tidak usah bang lebih baik kamu tidur besok kan masih sekolah." Perintahnya padaku.