"Allan allan kebiasaan." Ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Aneh tapi nyata kenapa Allan bisa masuk ke kelas unggulan ini padahal dia anak pemalas. Tapi jangan salah walaupun dia anak pemalas kalau soal berpikir otak Allan paling cerdas.
"Eh Arkan kamu olimpiade fisika kapan?" Tanya soraya.
"2 mingguan lagi kayanya, soalnya kemarin ada kendala di tempat pelaksanaanya jadi di undur."
"Semangat ya Arkan aku yakin kamu bisa membawa piala lagi untuk kesekian kalinya buat sekolah ini. " Ucap Zea menyemangatiku.
"Terimakasih Zea." Ucapku sambil tersenyum.
"Iya Ar harus fokus nanti ngerjainnya jangan mikirin Zea terus." Ucap Soraya menggodaku.
"Eh apaan sih Ra." Ucap Zea tampaknya dia sedikit tersipu malu.
"Pasti fokus kalau soal mengerjakan tapi kalau sudah selesai kayanya mikirin Zea juga boleh tuh." Ucap Allan ikut  menggoda.
" Betul tuh apalagi kalau dilihat-lihat mereka cocok tambah mirip lagi. " Timpal Soraya.
" Kalian ini bisa aja liat itu kasian muka Zea sudah merah seperti tomat begitu." Ucapku