Setelah keberangkatan Bunda rasanya terasa sepi. Tapi aku tidak boleh larut dalam kesedihan. Dan sejak itu ayah mencoba melamar pekerjaan walaupun susah sudah kemana-mana, hingga akhrinya diterima menjadi cleaning service.
Aku tahu bahwa Ayahmelakukan itu agar mencukupi kebutuhan kamai dan agar Bunda cepat pulang. Tapi ternyata Bunda belum pulang juga.
Waktu semakin berjalan Bunda tidak menepati janjinya untuk pulang. Setiap tahun kami selalu menunggu bunda. Yang biasa kami lakukan hanya via telepon. Tapi dua tahun terakhir ini Bunda tidak ada kabar.
Aku sangat rindu pelukkan bunda. Terakhir kami berpelukkan waktu pemberangkatan bunda yaitu di bandara. Pelukkan yang nyaman tidak aku rasakan selama beberapa tahun ini. Aku selalu berdo'a semoga Bunda cepat pulang.
Â
Flashback off.
Bagian 4
Diremehkan
Mengingat kenangan-kenangan manis aku ingin kembali ke masa lalu. Tetapi aku harus menerima keadaanya. Hari ini waktunya pengetesan seni musik.
"Gimana kalian siap?" Tanya Zea.
"Siap dong." Jawab Allan.
"Nanti yang bicara pembukaannya kamu ya Ar." Ucap Zea sambil menunjukku.
"Oke Ze." Ucapku mengacungkan jempol.
"Baik anak-anak ibu akan mengundi siapa yang tampil duluan. "Ucap bu Shila.
"Urutan tampil dengan nomor pertama yaitu kelompok Arkan. Silahkan maju ke depan!" Perintahnya.