Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah diculik oleh para pemuda itu?"

"Bukankah operasi sudah selesai, tapi kok istriku hilang secara mendadak."

"Apa saya harus menanyakan pada Pak Slamet?"

"Jangan, jangan, saya tidak akan bertanya pada Pak Slamet. Kalau bertanya pada dia, masalahnya bisa menjadi panjang."

Di tengah berpuluh-puluh pertanyaan itu membuat Samiun bertambah penat. Seharian di pasar untuk berdagang telah membuat pegal dan lunglai tubuhnya. Dirinya merenung, apa yang salah darinya sehingga istrinya pergi entah ke mana. "Apa salah saya," ujarnya dalam batin. Di saat itu dirinya tak sadar, kantuk menyusup dalam tubuhnya hingga akhirnya ia tertidur dan terlelap.

****

            Pagi hari di desa terjadi kegaduhan yang luar biasa. Para warga berlarian menuju ke jurang. Mereka pada menuju ke sana sebab ada informasi ditemukan sesosok mayat perempuan dengan luka di kepala yang sangat mengenaskan. Informasi pertama disampaikan Kang Sukro. Dari Kang Sukro, informasi itu menular secara cepat ke warga yang lain.

            Kang Sukro menemukan mayat perempuan itu dengan posisi tertelungkup saat dirinya mencari ranting kayu. Setiap pagi ia mencari ranting kayu, patahan pohon, selanjutnya diikat per 10 batang. Ikatan itu kemudian dibawa ke pasar untuk dijual sebagai kayu bakar.

            Begitu melihat sesosok mayat itu, semuanya tercengang, ada yang ngeri melihatnya dan langsung memalingkan muka, ada pula yang biasa-biasa. Decak kata meratap, prihatin, bersedih, muncul dari mulut-mulut orang yang berkerumun di tempat itu.

            "Sebaiknya kita bawa ke balai desa mayat ini," ujar Kang Sukro.

            "Agar tidak menjadi tontonan."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun