Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis itu dengan nada yang lemah menjawab, "saya Sarmini, gadis dari desa sebelah."

****

            Di rumah juragan beras, Pak Menggolo, terlihat kerumunan orang. Mereka berkerumun di rumah paling mewah di desa itu untuk menjadi saksi akad nikah antara Sarmini dengan Mas Pranoto.

Di ruang tengah rumah Pak Menggolo terlihat hadir keluarga Pak Sumoko. Pak Sumoko orangtua Sarmini. Di ruang tengah itu ada meja kecil yang diselimuti dengan kain sutra berwarna merah bermotif batik parang. Meja itu dikeliling oleh puluhan orang.

Pak Menggolo dan Pak Sumoko memeriksa persyaratan pernikahan yang hendak dilakukan pada kedua anaknya itu. Wajahnya terlihat sumringah begitu surat-surat yang dibutuhkan sudah lengkap.

Setelah penghulu datang, acara akad nikah pun dimulai. Kiai Imron yang saat itu diundang untuk memberi khutbah nikah telah siap menyampaikan wejangan dan petuah-petuahnya. Setelah dirinya dipersilahkan memberi khutbahnya, kiai itu pun dengan bersemangat menyampaikan pesan-pesannya. Sarmini, Mas Pranoto, dan yang lainnya tampak khusuk menyimak hingga tak sadar bahwa khutbah yang itu selesai.

Setelah khutbah yang mengajak kepada semuanya untuk bisa saling melindungi dan menyayangi, acara ijab-qabul pun dilakukan. Penghulu sudah berada di depan Sarmini dan Mas Pranoto. Di antara mereka dibatasi oleh meja kecil.

Penghulu berdehem, "hemmm." Deheman itu merupakan isyarat agar kedua mempelai mempersiapkan mentalnya. "Baik mari bapak-bapak, ibu-ibu, dan semuanya, acara ijab-qabul ini kita mulai," ujar penghulu dengan khimad.

"Ngiiiih," sahut mereka yang berada di ruangan itu dengan serentak.

Penghulu pun mulai melakukan prosesi ijab-qabul.

"Saya nikahkan engkau, Mas Pranoto bin Menggolo dengan ananda Sarmini binti Sumoko, dengan mas kawin perhiasan emas 18 karat seberat 20 gram dibayar tunai."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun