Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Sarmini diam dan belum bersikap. Samiun juga demikian, diam, tidak berani menanyakan sikap Sarmini atas pengakuan bahwa ia adalah istrinya. Di tengah suasana beku, tiba-tiba perempuan cantik itu ngeloyor meninggalkan ruang tengah dan menuju ke kamar.

            Samiun hanya bisa menarik nafas dalam-dalam.

            "Entahlah," gumamnya dalam hati.

            "Saya hanya ingin menolongmu Sarmini."  

***

            Pagi itu Samiun buru-buru ingin ke pasar. Semua barang yang biasa dibawa sudah siap. Satu hal yang belum dilakukan adalah mandi agar tampilan saat di pasar terasa segar dan menarik. Untuk itu ia bergegas menuju ke tempat di mana ia biasa membersihkan badan dengan guyuran air segar, mblandongan.

            Handuk yang tergantung di tali yang melintang disambarnya dan dikalungkan di leher. Dengan berjalan mantap ia menuju mblandongan. Pintu kamar mandi terlihat tertutup. Ia mendorongnya agar bisa masuk ke dalam. Dorongan itu membuat pintu terbuka dan dirinya pun sudah berada di dalam.

            Betapa kagetnya di dalam telah berdiri Sarmini tanpa dibalut sehelai kain pun. Tubuh perempuan itu begitu indah. Tinggi, langsing, berkulit kuning. Kesempurnaan itu bertambah dengan wajah Sarmini yang ayu dan rambut terurai panjang. Melihat hal yang demikian, darah Samiun mengalir begitu deras, jantungnya berdetak begitu kencang. Darah itu mengalir ke seluruh organ yang ada.

            Sarmini diam, tidak berteriak, malah terlihat ia tersenyum dan mendekati Samiun. "Tenang saja mas," ujarnya dengan lirih. Mendapat respon yang demikian, naluri laki-laki Samiun muncul. Ia membalas respon ramah Sarmini seperti kambing jantan yang dimiliki sedang birahi kepada kambing betina.

            Entahlah apa yang terjadi di mblandongan itu. Selama setengah jam hanya terdengar suara desah dan deru nafas. Niat Samiun untuk segera pergi ke pasar terhalang oleh kegiatan yang tak pantas bagi orang yang belum resmi menjalin hubungan suci.

            Desah suara dan deru nafas terhenti saat mereka berangkulan dengan tubuh mengejang. Setelah berpelukan beberapa saat, akhirnya mereka saling melepaskan pelukan itu. Keringat membasahi tubuh mereka. Ada cairan lain yang menempel di tubuh. Mereka pun bergantian membersihkan diri dengan air yang mengucur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun