Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Tangkap dia," teriak orang Jepang.

            Serta merta ketiga orang itu langsung meringkus Pak Tedjo. Mendapat perlakuan yang demikian, Pak Tedjo langsung berteriak, "salah saya apa, salah saya apa?!" Teriakan yang demikian tak dipedulikan.

"Lepaskan saya, saya masih punya keluarga," Pak Tedjo terus berteriak.

"Istri saya mengandung anak pertama, tolong lepaskan saya."

Semua alasan itu tak didengar oleh keempat orang tadi. Pak Tedjo diringkus dan digelandang menyusuri jalan dusun yang sepi. Di sebuah pertigaan ada sebuah truck perang Jepang dengan di beberapa bagian terlihat bendera hinomaru, matahari terbit, bendera Jepang. Setelah berada di bagian truck, tubuh Pak Tedjo diangkat dan dilempar ke dalam. "Braakkkk..." Tubuh itu membentur lantai besi truck itu. Pak Tedjo meraba punggungnya yang terasa sakit. Ia merintih. Rintihannya terhenti saat ia melihat di tempat itu ada puluhan laki-laki yang meringkuk.

"Ada apa ini, ada apa ini?" tanya Pak Tedjo dengan nada yang kalap dan cemas. Pertanyaan itu tak dijawab, semuanya terlihat pasrah bahkan di antara mereka terlihat wajah-wajah bonyok yang sepertinya habis kena siksaan yang cukup kejam.

Setelah Pak Tedjo berada di truck itu, tak lama kemudian terdengar mesin truck menderu dengan keras. Dirasa truck itu secara perlahan meninggalkan tempat mangkalnya.

***

Mbok Siyo terlihat gelisah, waktu semakin sore namun suaminya belum pulang. Biasanya selepas suara bedug sholat dhuhur dari musholla, Pak Tedjo sudah menginjakkan kakinya di halaman rumah. Sekarang, bedug sholat ashar sudah terdengar tetapi suaminya itu belum pulang.

Mbok Siyo berdiri di depan pintu, sesekali ia berjalan tak karuan. "Ke mana to pak, jam segini belum pulang?" ujar Mbok Siyo.

"Apa saya harus menyusul ke pasar?" gumamnya dalam hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun