Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Sekarang bawa cangkul dan ikut saya."

            Mendengar perintah seperti demikian, Samiun kaget. Ia tak mungkin menolak apa yang dimaui oleh Slamet. Kalau menanyakan pasti akan digampar sama Slamet sebab ia suka melakukan hal yang demikiana kepada para penduduk desa bila banyak bertanya. Samiun setengah berlari menuju ke ke belakang rumah. Tak lama kemudian Samiun kembali dengan memanggul cangkul.

            "Ayo ikut aku," ujar Slamet dengan nada tegas.

            Slamet langsung meninggalkan rumah itu dengan melangkah cepat. Samiun mengikuti dari belakang, membuntuti, sebab tak bisa mengimbangi langkah Slamet yang lebar, membuat Samiun setengah berlari. Disusuri, jalan bebatuan di dusun itu. Mendung hitam menaungi dusun  di kaki gunung itu.

            Samiun heran mengapa Slamet melangkah ke arah ke balik bukit. Daerah itu dianggap oleh orang-orang dusun sebagai tempat keramat dan angker. Konon di tempat itu bersemayam raja jin. Menurut kepercayaan masyarakat, raja jin yang berperawakan menakutkan itu setiap malam jumat kliwon gentayangan menyusuri dusun. Wajahnya yang menyeramkan, tubuhnya seperti raksasa, kulitnya hitam legam, dan rambut gondrong  yang acak-acakan membuat masyarakat menghindari pertemuan dengan raja jin itu.

            Agar tidak mengganggu, masyarakat pada setiap malam jumat kliwon memberi sesajen kepada raja jin itu. Makanan tradisional berupa nasi putih, lalapan, jenang merah, ayam panggang, yang berada di tampah, baki, dari anyaman bambu, dipersembahkan kepada raja jin di balik bukit itu. Dengan dipimpin tetua dusun, sesajen-sesajen itu diletakkan di bawah pohon besar dan didoakan dengan kalimat-kalimat yang banyak orang tidak tahu.   

            Dengan kepercayaan seperti itu membuat raja jin tidak mengganggu masyarakat. Kepercayaan itu pula yang membuat masyarakat tidak berani ke arah balik bukit. Hanya orang tertentu saja yang memberani pergi ke tempat itu.

            "Kok menuju ke balik bukit mas?" tanya Samiun dengan suara gemetar.

            Slamet memandang wajah Samiun yang terlihat pucat. "Nggak usah banyak tanya, yang penting ikuti saya," ujar Slamet.

            Kedua orang itu terus menyusuri jalan dusun. Hingga akhirnya tiba di balik bukit. Samiun terkejut melihat tempat itu. Di situ sudah ada puluhan orang. Dirinya semakin terkejut saat melihat ada sekitar 20 orang yang tangannya diikat dengan tali. Di antara mereka, satu dengan yang lainnya, disatukan dalam sebuah ikatan tali yang panjang.

            Mereka duduk di bawah tebing bukit itu. Pandangan mereka sepertinya pasrah. Samiun memandang mereka. Setelah memandangi ke-20 orang itu satu persatu, dirinya mengenal bahwa mereka adalah aktivis PKI. Mereka adalah penggerak partai di desa-desa namun mengapa mereka diikat dengan tali seperti itu. Apakah ada hubungannya dengan gegeran di Jakarta yang terjadi pada beberapa waktu yang lalu di mana beberapa jenderal tentara terbunuh oleh pengawal Presiden.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun