Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya," jawab Rudi dengan singkat.

"Sepertinya yang mau ikut banyak."

"Saya juga ikut sebab Lucia ikut," ujar Rahmad.

Mendengar apa yang dikatakan Rahmad, mereka yang berada di bawah pohon itu langsung berseru, "huuuu......"

"Cewek saja yang dipikir," ujar Bagong bersungut-sungut.

Di tengah perbincangan itu, tiba-tiba terdengar dentangan besi yang dipukul berulangkali, "teng, teng, teng, teng...." Suara itu memekakkan telinga. Suara itu menandakan jam ngaso sudah selesai dan mereka harus kembali ke kelas untuk mengikuti jam pelajaran selanjutnya.

Sobar dan yang lain berhambur menuju kelas. Di dalam kelas, teman-temannya yang lain sudah duduk manis. Setelah semua masuk, tak lama kemudian guru matematika, Pak Toti, datang. Kehadiran Pak Toti ke kelas, sikap masing-masing siswa beragam, ada yang suka, ada yang biasa-biasa, ada pula yang benci. Guru itu dianggap oleh banyak siswa terbilang sok, merasa paling hebat. Tak hanya itu, ia sering mencari perhatian pada muridnya sendiri. Kesalahan kecil dari siswa dibesar-besarkan. Dalam mencari perhatian itulah, Pak Toti menghukum semuanya padahal masalah itu tak ada hubungannya dengan pelajaran yang diberikan.

Sobar sendiri sebenarnya tak masalah dengan pola pengajaran Pak Toti namun dirinya berharap agar waktu cepat berlalu bila ia memberi pelajaran. Suasana terasa membosankan bila Pak Toti berada di depan kelas.

Setelah guru matematika itu bercuap-cuap dengan teorinya, dentang besi yang dipukul terdengar kembali. Mendengar suara yang menusuk di gendang telinga itu secara serentak, semuanya berteriak, "horeee...." Mendengar jeritan bahagai itu, Pak Toti tersenyum kecut. Dalam hatinya, ia bergumam, "kayak nonton bioskop saja."

Dengan muka kecut, guru itu meninggalkan kelas. Serta merta, seluruh yang ada di ruangan menghambur keluar seperti air keluar dari bendungan jebol. Akibat yang demikian mereka ada yang bersenggolan. Lucia yang sedang berjalan pun tersenggol oleh Sobar. Sobar merasakan empuk tubuh gadis paling cantik di sekolah itu.

"Maaf, maaf, maaf," ujar Sobar dengan sedikit mengiba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun