Setelah senyap, di depan pengeras suara, Kepala Sekolah berdehem. Tanpa disadari, deheman itu masuk ke aliran listrik sehingga suara itu membahana. Kejadian itu membuat semuanya tersenyum sehingga membuat konsentrasi istirahat di tempat terganggu. Melihat kejadian yang demikian, agar cekikikan tertawa itu tak bertambah panjang, Kepala Sekolah langsung memberi sambutan."
"Anak-anakku sekalian, hari ini kita berbahagia sekali sebab bisa bertatap muka di lapangan sekolah. Ini semua berkat nikmat yang Tuhan berikan kepada kita. Untuk itu selayaknya kita terus bersyukur padaNya."
"Sebagaimana kita ketahui, bahwa hari ini kalian akan melakukan Persami ke Telaga Biru. Sebuah tempat wisata yang indah dan sejuk. Dalam kegiatan itu, saya harap anda tidak hanya bersenang-senang namun bagaimana kalian bisa melatih kerja sama, solidaritas, sabar, dan mendahulukan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi."
"Selepas acara ini, saya yakin kalian akan menjadi manusia yang tangguh, tahan banting, dan bisa bertahan di tengah kesulitan. Untuk itu manfaatkanlah acara ini dengan sebaik-baiknya."
Selepas bertutur kata secara panjang lebar, Kepala Sekolah mengakhiri pidatonya. Ia meninggalkan podium dan selanjutnya komandan acara membubarkan barisan. Ketika barisan bubar, semuanya menghambur mencari tempat berteduh. Sebelum mereka menemukan tempat untuk berteduh, tiba-tiba terdengar pengumuman yang memberitahukan kepada seluruh peserta untuk segera menuju truck yang telah tersedia sesuai dengan nomer urut pendaftaran.
Pengumuman itu masuk ke telingan Sobar dan yang lainnya. Mereka melihat nomer urut pendaftaran. Begitu nomer urut diketahui, mereka bergegas menuju truck. Riuh terdengar dari mereka saat mencari truck yang sesuai dengan nomer urut pendaftarannya. Sobar akhirnya menemukan truck yang dicari, ia segera naik ke bak terbuka di bagian belakang. Barangnya ditaruk di pojok. Dirinya menarik nafas dalam-dalam sebab dirinya sudah berada di atas angkutan yang akan membawa ke Telaga Biru. Di tengah asyiknya menikmati suasana, dirinya mendengar suara yang mengatakan, "tolongin dong." Dirinya mencari arah suara itu. Begitu suara itu ditemukan, dirinya melihat Lucia, Rahmi, Nita, dan Sopia masih berada di bawah. Sobar sontak senang sebab mereka satu truck dengan dirinya.
"Tolongin bantu naik dong," ujar Lucia sambil memandang Sobar.
Apa yang diinginkan Lucia langsung direspon dengan cepat oleh Sobar, "iya, iya, iya," ujarnya. Ia langsung melangkah menuju mereka. Tangannya disodorkan dan sodoran tangan itu disambut dengan sodoran tangan Lucia. Setelah berpegangan, kemudian tangan itu ditarik sehingga Lucia terangkat naik ke atas truck.
"Terima kasih ya," ujar Lucia.
Selanjutnya ia menolong Rahmi, Nita, dan Sopia sehingga semuanya bisa naik di atas truck. Peserta yang lain pun naik secara bergantian dan saling tolong sehingga akhirnya bak terbuka truck itu disesaki oleh peserta.
Batin Sobar senang sekali sebab selain dirinya satu truck dengan para gadis cantik itu, dirinya juga bisa memegang tangan-tangan halus mereka. "Rejeki ini," gumamnya dalam hati sambil tersenyum.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134