Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Dengan menggunakan kerudung, Siti Nurjanah pergi bersama Samiun menuju ke langgar, surau, atau masjid kecil. Setiap malam jumat, Kiai Sholeh mengadakan pengajian. Sebab tempat untuk memggelar acara itu tak luas, sementara yang ikut membludak, tak heran bila  jamaah membludak hingga keluar langgar.

Dalam acara itu, biasanya para orangtua membawa anak-anaknya sehingga di saat acara berlangsung, tak jauh dari langgar terlihat anak-anak asyik dengan dunianya sendiri, bermain.

Samiun mengajak Siti Nurjanah pergi ke acara itu selain untuk menyegarkan keimanannya juga untuk menipis isu-isu miring bahwa perempuan yang bersama dirinya itu adalah seorang anggota Gerwani yang menyamar. Tuduhan itu sudah menjadi bisik-bisik para tetangga. Bisik-bisik itu tentu ditepis oleh Samiun. Ia selalu mengatakan bahwa Siti Nurjanah bukan anggota PKI. Ia mengalihkan perhatian dengan menceritakan kalau ada istri orang PKI yang lari ke desa namun itu namanya Sarmini dan perempuan itu sudah ditangkap tentara dan dibawa ke kota.

"Siti Nurjanah istriku itu santriwati," ujar Samiun pada mereka yang ragu-ragu.

"Buktinya ia tiap malam jumat nyantri pada Kiai Sholeh."

"Mana mungkin orang PKI nyantri."

Di setiap pengajian, biasanya Samiun bertemu dengan Nusiron. Sebagai seorang Ketua ormas pemuda di desa, ia selalu duduk di barisan depan. Saat bertemu, Nusiron biasa menyapa Samiun dan menanyakan kabar. Nusiron hanya heran pada pria yang dikenalnya sebagai penggali kubur itu, setelah bersama Siti Nurjanah, kok sering ikut pengajian pada kiai yang dihormati di desa itu. Meski demikian Nusiron tidak mengusik atau menanyakan siapa perempuan itu. Nusiron hanya heran mengapa perempuan secantik itu bisa bersama dengan penggali kubur yang dekil itu.  

***

            Hari demi hari, bulan demi bulan, akhirnya kandungan Siti Nurjanah berusia sembilan bulan. Di masa sembilan bulan, Samiun dan istrinya tengah mempersiapkan diri kelahiran anaknya. Hasil penjualan buah pohon kelapa dan upah menggali kubur digunakan untuk membeli perlengkapan bayi dan memberi upah pada dukun bayi.

            Di saat Siti Nurjanah berada di ruang tengah, tiba-tiba selangkangannya terasa nyeri. Akibat yang demikian, dirinya mengaduh. Aduhan itu diratapkan secara berulang-ulang. Samiun yang sedang berada di dapur mendengar suara Siti Nurjanah. Ia bergegas menuju ruang tengah. Begitu tahu pria yang disebut suaminya itu datang, Siti Nurjanah langsung mengatakan, "mas aku mau melahirkan."

            Mendengar pengakuan seperti itu, Samiun langsung gugup. "Iya, iya," jawabnya dengan tergopoh-gopoh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun