Ia buru-buru berteleportasi ke tempatnya semula, setibanya di basement Vivi langsung mencari keberadaan si Pelaku. Â Kali ini ia benar-benar sangat marah saat sudah mengetahui siapa pelakunya. Pria bertopeng itu ternyata masih ditempat yang sama, ia kini sedang memandangi foto Chika yang ia potret sendiri saat proses pembakaran.
Vivi berjalan tergesa-gesa kedua matanya menyiratkan kebencian yang sangat amat dalam. Sementara Altazar di seberang sana sudah berusaha mencegah Vivi, namun tidak di gubrisnya.
"Viona berhenti! kau sudah kelewatan batas Nak!"
"Hei! dengarkan aku! ini berbahaya!"
Percuma, Vivi tidak mendengarkan Altazar. Sekarang dirinya sepenuhnya sudah dikuasai oleh amarah. Vivi berlari kearah Pria bertopeng. Altazar mulai panik, ia tidak dapat mengontrol Vivi lagi.
Tanpa di sadari, tiba-tiba kedua bola mata Vivi berubah menjadi biru. Semakin dekat dengan pria bertopeng, tubuhnya semakin diselibuti oleh cahaya biru yang berkobar seperti api. Ini adalah bentuk kemarahannya yang sangat amat besar.
Tepat saat Vivi menggapai bahu pria itu, raga Vivi yang sejak awal di jaga oleh Altazar terbakar api biru dan menghilang seketika. Ini sudah tidak benar, Altazar memutuskan untuk menyusul Vivi.
Tiba-tiba Vivi bisa menggapai bahu pria itu, pria itu terkaget dan langsung membalikkan badan. Kini tubuh Vivi sudah tidak berbentuk ruh lagi, badannya sudah menyatu dengan raga. Pertarunggan pun tak dapat terelakkan.
Vivi pukul wajah pria itu hingga topengnya hancur dan terjatuh ke lantai.
"Pak Hasan?!"
"Vivi?!"