Darah menetes dari kepala Vivi, sepertinya karena saat meloncat tadi ia tidak sengaja mengenai potongan besi. Alhasil keningnya tergores.
"Tangga ini roboh, sepertinya kucing-kucing nakal itu lagi yang membuatnya roboh." Ucap salah satu dari kedua orang itu.
Vivi segera masuk ke dalam ruangan yang ada di jendela, ia sempat meringis merasa pusing karena kepalanya berdarah. ia mengelap darahnya dengan baju lalu mulai menyusuri ruangan demi ruangan.
Sayup-sayup dirinya mendengar suara orang yang sedang mengobrol, suara itu berasal dari bawah dirinya. Ia pun berjongkok dan menempelkan telinganya pada papan kayu tempatnya berpijak.
"Kayaknya Bos udah gak waras deh bro."
"Lah, dia kan emang gak waras dari dulu."
"Kejam banget fetishnya aneh, kalo bukan demi uang saya gak mau kerja kayak gini."
"Iya, sama saya juga. Demi anak istri bisa makan."
"Nyium gak bro? Bos lagi ngebakar yah?"
"Iya, Ayo cepet ke belakang. Keburu ditinggalin, mereka udah siap-siap pergi."
Hanya itu yang dapat Vivi dengar dari atas sini. Hanya sedikit, yang penting sekarang ia tahu dimana tempat mereka berkumpul.