DEG!!
Mendengar itu rasanya jantungku berhenti berdetak. Aku dan Chika saling bertatapan memasang wajah kaget. Apakah benar tukang bakso itu intel polisi yang sedang menyamar?Seketika kami merasa menyesal telah bicara sarkas. Pak polisi, mohon jangan tangkap saya. Tangkap adik saya saja.
“Hayolooo...” Ucap Mamah.
“Kak, coba cek dari jendela dong.”
“Loh, kok aku? Kamu aja Chik.” Jawabku.
“Gak mau, takut kakak aja.”
“Aku juga takut Chik, gimana kalo kita berdua sama-sama cek ke jendela.” Usulku.
Chika mengangguk sejutu, kami jalan perlahan menuju jendela. Langkah kami beriringan dengan suara petir membuatnya terasa menyeramkan. Bulu kuduk ku sudah sedari tadi berdiri. Saat tiba di depan jendela, aku menarik gorden nya dengan perlahan untuk mengintip keluar. Chika bahkan sampai menahan napas.
Dan ternyata tidak ada apa-apa, aku menghela napas lega. Aku berbalik menghadap Mamah yang tengah cekikikan itu dengan wajah kesal hendak protes.
"Tuh Mah! liat disana tidak ada in-"
Alangkah kagetnya aku saat menoleh kembali ke arah jendela. Di sana ada sesosok makhluk tengah terseyum amat lebar menampakkan gigi-giginya yang rapih berjejer, tak lupa kedua matanya melotot sangat lebar. Dia sangat menakutkan ditambah lagi pencahayaan di luar yang cukup gelap dan sosok itu membisikkan sesuatu.