Sorenya ia jalan-jalan ke taman. Secara tiba-tiba Chika mengajaknya kesini, tanpa pikir panjang Vivi langsung mengiyakan. Yah, itung-itung sebagai ajang berbaikan. Ia juga sedih jika harus saling berdiam diri dengan Chika selama ini.
Setelah membeli ice cream, mereka duduk di bangku taman sambil memperhatikan orang-orang disekitar. Ada yang jogging, ada yang pacaran, ada segerombolan anak kecil yang sedang main di ayunan dan lain-lain.
"Pegangin kak." Chika meminta Vivi memegang ice creamnya.
Chika merogoh tasnya dan mengeluarkan kotak yang dibungkus kertas kado berwarna hitam. Dengan senyuman yang tulus, kotak itu ia berikan pada Vivi. Vivi termenung, rasanya ia sudah lama sekali tidak melihat senyuman adiknya ini semenjak mereka bertengkar.
"Selamat Ulang Tahun Kak, maafin Chika ya udah bikin kita jadi berantem."
Dengan tangan bergetar, Vivi menerima kado itu. Hatinya menghangat, tak menyangka sang adik akan ingat hari lahirnya.
"Makasih Chika, maafin kakak juga yang udah marahin kamu."
Vivi menarik Chika kedalam dekapannya, lalu ia menangis senang. Tepat di hari ulang tahunnya ia berbaikan dengan Chika dan bahkan Chika memberikannya semua kado. Walau terlihat biasa saja, menurut Vivi hari ini adalah hari yang paling membahagiakan baginya. Ini menjadi kado ulang tahun pertama dihidupnya, wajae saja jika ia menangis. Selama 17 tahun Vivi hidup, ia baru kali ini mendapatkan hadiah dari seseorang.
"Udah jangan nangis, jagoan masa nangis. Yang harusnya nangis itu aku, aku kan cengeng." Gurau Chika.
Chika mengusap air mata sang kakak, "Buka dong kak kadonya, pasti kakak penasaran."
"Iya." Vivi pun membuka kado pemberian Chika.