“Yang pertama, Si pelaku pandai menyembunyikan jejak kriminalnya. Yang kedua, pihak kepolisian kurang tanggap menangani kasusnya.”
“Kalau seperti itu, menurut Kakak kemungkinan mana yang sekiranya benar?”
Aku berpikir dengan satu tangan mengelus dagu seperti layaknya seorang Detective yang sedang memikirkan suatu kasus dengan logika dan pertimbangan yang matang.
“Menurut kakak semuanya bisa benar Chik, bisa saja si pelaku ini memang ahli dan cerdas dalam menyembunyikan jejak. Bisa dibilang dia cukup profesional di dalam bidang culik menculik. Dan tentang polisi ini, seperti yang kakak ucapkan tadi. Mereka kurang tanggap, kasus menghilangnya para remaja ini sudah ada sejak 2 tahun yang lalu. Kamu tau sendirikan, kasus ini baru saja ditangani saat berita ini sudah viral.”
Chika mengangguk seraya menghela napas,”Masuk akal sih. Emang yah, apa-apa harus viral dulu baru di tangani. Dasar! Kelakuan polisi di Negeri Wakanda emang gak jelas. Pantesan banyak yang perutnya buncit, pasti gara-gara makanin gaji buta.”
Aku terkekeh mendengar celotehannya.
“Hahaha, untung kita tinggalnya di Indonesia yah Chik. Bukan di Wakanda.”
Mamah yang duduk di tengah-tengah kami pun menepuk pahaku dan Chika.
“Heh! Jangan sarkas begitu. Hati-hati, nanti ada intel polisi yang nyamar jadi tukang bakso terus mendegar ucapan kalian. Bisa-bisa kalian berdua ditangkap.”
Aku terseyum angkuh,”Di daerah sini mana ada intel polis-“
Ting....Ting.....Ting....Soooo......Baksooo.......