Keesokan harinya, aku dan Raib kembali mendatangi kediaman Ali. Sesuai keputusan yang kami buat kemarin, hari ini kami akan menguji coba alat ciptaannya. Kemarin kami sedikit bimbang menentukan akan pergi ke masa lalu atau ke masa depan.Â
"Jangan ke masa depan dong, enggak seru. Yang ada kita malah dapet spoiler kehidupan. " Tolak Ali pada Raib.Â
"Justru itu Ali, kita ke masa depan untuk mencari tahu apa yang akan terjadi pada kita. Jika itu baik ya baguslah tapi jika di masa depan kita mengalami musibah, setidaknya setelah mengetahuinya kita bisa memperbaikinya di masa sekarang dan mewaspadai sesuatu yang menjadi pemicu musibah tersebut."
"Ayolah Raib, itu sama sekali tidak menantang, benarkan Seli? Mending kita kembali ke masa lalu. Itung-itung sambil belajar sejarah, kebetulan minggu depan kita ada tes lisan sejarah tentang tokoh integritas kan? Jalan-jalan sekalian belajar." Ucap Ali keukeuh.Â
Raib tampak diam menimbang-nimbang keputusan. Perkataan Ali ada benarnya juga dan aku pun berpikir demikian. Ngomong-ngomong tentang tokoh integritas, aku jadi teringat sesuatu.Â
"Benar Raib, kita kembali ke masa lalu saja. Ngomong-ngomong tentang tokoh integritas, aku jadi teringat kisahnya Pak Hoegeng deh."
"Hoegeng? Siapa dia? " Tanya Ali.Â
Aku pun mulai menceritakan secara singkat tentang Jenderal Hoegeng ini. Selama aku menceritakan kisahnya, mereka terlihat sangat antusias. Apalagi Ali, matanya bahkan sampai berbinar-binar. Setelah aku selesai menceritakannya, mereka sama-sama takjub seperti aku saat pertama kali mendengar kisahnya.Â
"Masa sih ada polisi seperti itu, Sel? Aku bahkan sempat mengira semua polisi itu busuk karena termakan berita yang beredar di luar sekarang." Ucap Ali.Â
" Entahlah, tapi itu yang ku baca dari Wikipedia."
" Kita tidak tahu kebenarannya karena kita tidak melihatnya langsung." Ucap Raib.Â