Mohon tunggu...
Ratu Prameswari
Ratu Prameswari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII

XII MIPA 1

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjelajahi Kisah Jenderal Hoegeng Iman Santoso di Masa Lalu

29 November 2021   22:23 Diperbarui: 29 November 2021   22:25 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Alat ini memang bisa membawa kita ke masa lalu maupun masa depan, kekurangannya adalah alat ini hanya bisa mentransfer jiwa kita tapi tidak dengan raga kita."

Kalimat Ali membuatku bingung, "Aku tidak mengerti Ali, bisa jelaskan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti?"

"Baiklah Seli. Jadi begini, secara singkatnya kita bisa pergi ke masa lalu ataupun masa depan kita memang ada disana di tempat itu tapi dalam bentuk jiwanya saja sedangkan raga kita masih tetap disini. Duduk  diam di kursi itu." Tunjuknya pada kursi berdesain aneh.

Raib mengangguk paham, "Aku mengerti, dengan kata lain alat ini tidak dapat mengirim raga kita karena dimensinya terlalu besar berbeda dengan jiwa yang hanya terdiri dari roh, akal dan perasaan. Ketiga hal ini tidak memiliki wujud atau dimensi yang tetap, mereka berbentuk frekuensi dan jaringan kecil saja. Itulah kenapa hanya jiwa kita yang dapat terkirim kesana karena alat tersebut baru mampu mengirimkan gelombang atau frekuensi yang berukuran sangat kecil. Dan alat ini masih belum mampu untuk mengirimkan raga, apalagi raga bentuknya padat."

PROK! PROK! PROK!

Aku bertepuk tangan takjub dengan apa yang Raib simpulkan. Padahal Ali hanya memberi gambaran sedikit tapi Raib mampu untuk menerjemahkannya dengan rinci.

"Raib, hipotesis yang kamu ciptakan sangat keren. Aku bangga punya teman jenius seperti kalian."

"Kami juga bangga mempunyai teman yang super ceroboh, cengeng dan pelupa sepertimu Seli, benarkan Raib." Ucap Ali dengan wajah tengil. Aku memasang muka masam.

Raib melerai kami, "Tidak boleh seperti itu Ali, kita bertiga saling melengkapi. Kamu, walaupun kamu jenius tapi di sisi lain kamu juga gegabah dalam mengambil tindakan dan aku yang akan selalu memberikan nasihat kepadamu."

"Dan aku, Raib Si Penakut. Aku selalu takut untuk melakukan hal baru, tapi Seli selalu meyakinkanku dan akan selalu berusaha melindungiku. Seli, kita tau dia memang cengeng. Saat menangis, siapa yang menghiburnya? Kamu Ali, kamu yang selalu bisa membuat Seli kembali tertawa dengan jokes receh milikmu itu." Lanjut Raib.

"Benar bukan? Kita itu sahabat yang saling melengkapi."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun