"Itukan hobinya Ali bu." Celetuk salah satu murid di sana dan berhasil membuat kami sekelas tertawa.
Ali menggaruk belakang rambutnya yang tidak gatal sambil menyengir tanpa dosa.
"Hehe, maaf bu."
Ibu Guru pun terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan kelakuan Ali Si Tukang Telat.
"Ya sudah, kamu silahkan duduk."
Remaja laki-laki yang terlihat berantakan itu adalah sahabatku, Ali. Kami sudah berteman sejak kelas 10. Ia adalah orang yang sangat pemalas, berantakan, cuek, dan nilainya selalu kecil saat ujian. Tapi saat SMP dia pernah memenangkan olimpiade Matematika, aneh bukan? Awalnya pun aku tidak percaya. Tapi memang itu kenyataannya.
Di balik sosoknya yang seperti itu, Ali merupakan orang yang paling jenius yang pernah aku temui. Aku pernah bertanya padanya, mengapa nilai ujiannya selalu merah? Padahal ia bisa dengan mudah menjawabnya dan mendapatkan nilai 100.
"Aku hanya bosan Seli, materi ini sudah aku pelajari sejak SD. Itu tidak menarik bagiku." Itulah jawaban yang selalu Ali berikan padaku.
Itulah Ali, jika dia tidak tertarik dengan sesuatu hal maka ia tidak akan menjalankannya. Tetapi, jika sesuatu hal itu membuatnya penasaran dan membuatnya merasa tertantang, ia akan mengerjakannya dengan ambisius sampai ia menemukan kebenarannya hingga rasa penasarannya terobati.
"Sel, kamu sudah mengerjakan tugas bahasa indonesia yang ibu berikan kemarin?" Tanya teman sebangkuku sekaligus sahabatku dan Ali.
Mendengar pertanyaan itu, aku tersenyum lebar sambil memasang wajah angkuh.