"Wah! Pantas saja tadi di sana banyak sekali tentara yang berjaga, ternyata mereka bersekongkol dengan Si Robby-Robby itu. Aku tidak percaya ternyata tentara juga bisa bersekongkol dengan penjahat." Celetuk Ali.Â
"Yang paling mengejutkannya adalah, ternyata pengungkapan kasus itu mempercepat proses pemberhentiannya sebagai Kepala Polri."
"Kenapa begitu? Bukannya dia sangat berjasa? Kenapa malah di pecat. Ini tidak masuk akal."
"Kau benar Ali, ini tidak masuk akal. Aku beranggapan bahwa Hoegeng di berhenti kan karena dia terlalu berbahaya dan dapat membongkar kasus-kasus yang lebih besar lagi. Hal itu membuat para pejabat dan petinggi negeri takut sehingga memberhentikannya." Jawab Raib.Â
"Aku pun beranggapan demikian. Tapi, Soeharto beralasan pemberhentian Hoegeng tersebut adalah untuk regenerasi."
Ali menggeleng kuat, "Ini tidak masuk akal."
"Seperti yang kita lihat tadi, Hoegeng di tawari untuk menjadi Duta Besar namun ia menolaknya."
"Jenderal Hoegeng meninggal dunia pada 14 Juli 2004 setelah menjalani perawatan di RS Cipto Mangunkusumi Jakarta Pusat  karena stroke yang di deritanya. Beliau pun di makamkan di Parung Raja, Bogor, Jawa Barat."
Aku menghela napas lega, akhirnya selesai sudah kisah Jenderal Hoegeng ini. Kami pun pulang kembali ke tahun 2040.
Kembali ke masa lalu untuk melihat peristiwa penting yang terjadi pada suatu tokoh sangatlah menyenangkan. Aku jadi belajar banyak hal, kita harus jadi pribadi yang jujur dan bertanggung jawab. Kita tidak boleh takut pada kejahatan, jika hal itu salah maka harus kita lawan dengan kebenaran.Â
Setelah mendengar akhir dari cerita Pak Hoegeng, Ali menangis sedih.Â