"Minta maaf sekarang atau aku tidak akan membantunya mengerjakan PR lagi, Seli!"
Mendengar ancaman Raib yang sangat menyeramkan di telingaku, Aku pun menurunkan ego dan meminta maaf padanya.Â
"Maaf Ali." Ucapku memutar bola mata malas.
Ali bersedekap dada, "Tidak ku maafkan, ucapanmu kurang tulus."
Menyebalkan sekali manusia satu ini, hingga membuatku menghela napas panjang. "Baiklah, maafkan hamba wahai Tuan Muda Ali." Ucapku sambil sungkem.Â
"Ah! Kau sangat menyebalkan Seli. Sudah lupakan saja."
Aku tertawa penuh kemenangan saat itu juga, tiba-tiba sebuah suara membuatku terdiam seketika.Â
"Ah, bagaimana kau ini Bugel? Tim kita sudah tertinggal 2 poin, harusnya tendanganmu yang tadi itu masuk dan memperkecul ketertinggalan." Ucap salah satu anak kecil pada bocak gempal itu.Â
"Maafkan aku kawan, lain kali aku akan memasukkannya."
Nama itu rasanya tak asing di telingaku, aku mencoba untuk mengingat-ngingatnya.Â
"Bugel?"