Malam hari udara dingin menyeruak masuk dari sela-sela ventilasi rumah. Kota Bandung diguyur hujan lebat sejak tengah hari, bahkan sampai Bulan menggantikan shif kerja Matahari pun hujan belum berhenti juga.
Awal tahun 2040 ini banyak sekali hal yang terjadi. Marak sekali berita yang menyangkut pautkan pihak kepolisian. Bukankah tugas polisi itu melindungi dan mengayomi masyarakat?
Tapi mengapa akhir-akhir ini mereka melalaikan tugasnya? Kasus kekerasan pada warga sipil, penggelapan dana oleh para petinggi di kepolisian, suap-menyuap, politik gelap, bahkan hingga pembunuhan. Hal itu sangat merugikan para masyarakat. Pelakunya pun hanya di hukum dengan pidana yang ringan. Bisa di bilang ini adalah salah satu penyalah gunaan kekuasaan.
Setelah makan malam, aku memutuskan untuk menonton TV, siapa tau ada hal yang menarik dan sayang untuk di lewatkan. Setelah melihat-lihat sekilas ternyata tidak ada hal yang menarik. Dari beberapa station TV mereka semua kompak membahas berita yang sama.
Bosan dengan tayangan berita itu di TV, aku pun mematikannya.
TAP....
"Loh, kenapa di matikan Kak? padahal Ayah sedang nyimak beritanya juga." Ucap Ayah yang duduk di sampingku.
Aku pun menoleh ke arahnya dengan wajah kesal. " Dari kemarin beritanya tentang kasus polisi korup terus, pindah ke stasiun TV yang lain beritanya sama. Pindah lagi, sama lagi bikin bosan. Kalo enggak tentang korupsi pasti beritanya tentang penganiayaan masyarakat oleh oknum kepolisian. Apa kepolisian di Indonesia seburuk itu Ayah? Rasanya respect kakak pada mereka semakin berkurang."
Ayah tersenyum mendengar celotehan panjang lebarku itu. Tangannya terangkat dan mulai mengusap lembut rambutku.
"Tidak semua polisi kayak gitu kak. Masih banyak di luar sana polisi yang bersih, memberi perlindungan pada masyarakat, tidak korupsi dan jujur."
Aku memutar bola mata malas. "Ah, Kakak gak percaya. Buktinya waktu tadi ada razia di jalan, pengendara motor yang di tilang malah nyogok Pak Polisi pake uang 100 ribu terus Polisinya menerima uang itu dan membiarkan pengendara yang di tilang pergi."