"14 Oktober 1921?!" Mulutku menganga lebar.Â
Ternyata memang benar ini Pak Hoegeng yang kami bicarakan kemarin di rumahnya Ali. 14 Oktober 1921 adalah hari dimana seorang tokoh hebat ini dilahirkan di salah satu rumah sakit di Pekalongan.Â
Tak lama masuklah seorang lelaki, memakai pakaian yang sangat rapih mencerminkan bahwa dirinya adalah orang penting di daerah itu. Biar ku tebak, pasti dia adalah pak Sukario Hatmodjo Ayahanda dari Hoegeng. Ia menjabat sebagai kepala kejaksaan di kota ini, itulah yang ku baca dari Wikipedia.Â
"INI SUNGGUH MENAKJUBKAN BUKAN? LIHATLAH, DI DEPAN KITA ADALAH HOEGENG YANG SELI CERITAKAN KEMARIN!" Heboh Ali.Â
"Berisik, kau tak perlu berteriak Ali, kami sudah tahu." Balasku.Â
Lalu setelah beberapa saat, Raib dan Ali menatap penuh rasa penasaran pada lelaki yang kini sedang mengajak bicara bayinya itu. Mereka kompak menoleh kearahku seakan-akan menanti jawaban.Â
"Dia Sukario Hatmodjo, Ayahanda Hoegeng."
"Pakaian dia sangat rapih, berbeda dengan orang-orang yang ku lihat di luar tadi."
"Benar juga, aku baru menyadarinya." Sambung Ali.Â
Aku menghela napas sejenak, "Itu karena dia adalah kepala kejaksaan di kota ini. Wajar jika ia berpakaian sangat rapih."
Mereka berdua mengangguk paham Ali lalu berjalan mendekat ke arah Pak Sukario, ia berhenti dan memperhatikannya dari bawah sampai atas sambil mengusap dagu.Â