"Mau bagaimana lagi, aku terkejut olehnya Seli. Untung saja menembus, sudahlah lupakan saja masalah ini."
Aku tersenyum tipis sambil memperhatikan anak gempal itu mengambil bila yang melambung keluar lapangan, "Sejujurnya aku berharap bola itu tidak menembus mulai Ali."
Ali menatapku tajam hal itu membuatku tertawa semakin kencang.Â
"SELIII!!!"
Aku segera berlindung di balik tubuh Raib karena Ali mulai mengejarku.Â
"Sudahlah Ali jangan bertengkar dengannya dan Seli berhentilah menjadikanku tamengmu! Kalian berdua ini, hentikan sekarang juga." Lerai Raib.Â
"Tapi Raib, Seli yang mulai duluan."
"Shuutt! Tidak ada tapi-tapian Ali."
Aku menjulurkan lidah mengejel Ali, "Kasian deh loh."
"Seli! Cepat minta maaf padanya!" Ucap Raib.Â
Kami berdua sama-sama tidak ada yang mau mengalah, baik aku ataupun Ali. Kamu berdua memang sangat keras kepala.Â