Mohon tunggu...
Widiana lestari
Widiana lestari Mohon Tunggu... Lainnya - widiananalestari'teacherAaaminnn"
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

mahasiswi pend.sosiologi fis UNJ

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pesang Singkat Dimas S

1 Juli 2021   10:39 Diperbarui: 1 Juli 2021   10:46 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Episode 1

Namaku widya Putri afandi, jenis kelamin perempuan, anak dari seorang Tentara Nasional Indonesia bernama Afandi Wijaya yang sagat aku sayangi dan aku banggakan.  Aku akan membagikan cerita semasa remaja yang tidak pernah aku lupakan. Ketika aku berusia 16 tahun aku mencintai seoarang remaja yang  berumur satu tahun  lebih tua dariku.

Langsung saja, semua berawal dari sebuah pesan singkat media sosial yang dia kirimkan kepadaku  ketika itu aku masih duduk di bangku kelas 3 smp.  Ketika itu Jam dinding di kamarku  sudah menunjukkan pukul 22.00 wib, waktu yang sudah cukup malam untuk anak sekolah seusiaku. Aku hendak mematikan handphone dan bergegas untuk tidur namun, pesan singkat masuk  kedalam sosial mediaku. Aku mencoba untuk tidak memperdulikan pesan itu  dan langsuang saja mematikan handphone lalu bergegas untuk tidur karena besok adalah hari ujian nasionalku yang terakhir.

Tepat  pukul 10.00 wib aku keluar meninggalkan ruangan ujian dan hari ini aku telah selesai mengikuti ujian nasional dengan baik selain itu, aku tidak perlu memikirkan kemana aku harus melanjutkan sekolah menengah pertama karena aku sudah di terima di sebuah sekolah terfavorit di kabupatenku  melalui jalur undangan .aku bergegas untuk segera pulang dan beristirahat karena isi kepalaku sudah di landa rasa pusing yang amat menyiksaku, mungkin semua ini terjadi karena aku yang terlalu fokus belajar hampir seminggu penuh.

''don aku pulang duluan ya,'' ucapku kepada dona

''widya kok buru-buru?,'' taya dona

''kepalaku pusing banget don;'' jawaabku

''yaudah jangan lupa istirahat ya'' jawab dona kembali.

Dona adalah sahabat terbaik yang aku miliki di sekolah menengah pertama, dimana ada dona di situ ada aku. Dia adalah tokoh yang sangat sederhana bagiku dan teman dalam setiap keadaanku. Dona oktavia, itulah nama lengkapnya, dia tidak memiliki tubuh tinggi seperti aku namun dia memiliki hidung yang mancung persis dengan hidungku. Dia hanya memiliki tinggi tubuh sekita 145 cm namun, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, aku sangat menyayangi dan menggap dia sebagai saudaraku.

Ketika aku sampai di rumah aku teringat tentang seseorang yang mengirimkan sebuah pesan singkat kepadaku tadi malam , aku berpikir apakah itu pesan dari ayah yang sedang berada di luar kota?, atau temanku yang memerlukan bantuaanku mengenai tugas sekolah?.,  tanpa berpikir lebih panjang  akhirnya aku mencoba untuk membukanya.

''hai cantik" sapa seorang pria di akun social mediaku.

 Aku tidak membalasnya  namun yang aku lakukan adalah membuka berandanya. Ketika aku lihat foto  profilnya ternyata dia berparas tampan, bertubuh tinggi dan berkulit putih serta  bermata sipit khas orang mandarin. Namanya adalah Muhammad Dimas Sudirman. Selain itu, dia juga ternyata siswa di SMA Negri 1 kotaagung yang beberapa bulan lagi menjadi sekolahku.Aku mencoba membalas pesan singkat tersebut dan berharap bisa berkenalan dengannya.

 "hai juga"  jawabku singkat,

  ''boleh aku berkenalan denganmu?''  jawabnya.

 '' tentu saja boleh''.jawabku singkat.

 Perkenalan kami terus berjalan hingga aku merasa akrab dengannya di media social.   Aku selalu membayangkan wajah tampannya dan sosok tinngi besarnya yang membuat hati berdebar setiap kali memikirkannya. Perkenalan kami memang terbilang berawal dari dunia maya namun aku berharap bisa bertemu dengannya di dunia nyata.

Sebelum lebih jauh, aku akan memperkenalkan ibuku. Aku dilahirkan dari seorang ibu yang bernama  Leni Paramitha. Ibuku seorang guru di sekolah dasar yang letaknya   tidak jauh dari rumahku. Setiap pagi ibu selalu mengomel karena aku yang susah untuk sarapan .

'' widya  sarapan sudah siang,  nanti  sakit  maghmu kambuh" ucap ibu  dari dapur.

"nanti deh bu,  jam sebelas  aja  kan hari libur'' jawabku santai

''jam sebelas bukan sarapan,  tapi makan siag  widya,'' jawab ibu dengan nada khasnya yang selalu  berusaha mengatur jam makanku agar aku tidak sakit.

Aku telah menyelesaikan pendidikanku di sekolah tingkat pertama yang di tandai dengan berakhirnya ujian nasional kemarin.  setelah itu, aku tinggal menunggu tahun ajaran baru untuk  resmi menjadi siswi di SMA terfavoritku. Kembali lagi kepada Dimas, cowok remaja yang aku kenali di sosial media. Kami rutin melakukan komunikasi via chating selainitu, dia meminta agar aku mengirimkan nomor telponku agar dia mudah berkomunikasi denganku. Aku memang baru mengenalnya, namun ntah hal apa yang membuatku mudah memberikan nomor teleponku kepadanya.

"0858******** kak  itu no telponku" pesanku singkat

"makasih widya" jawabnya singkat

"kembali kasih'  jawabku juga singkat.

"nanti malam  aku telpon kamu ya'' balasnya

''oke, tapi abis isya ya,'' jawabku

"oke''  jawabnya singkat.

Aku seorang yang beranjak remaja sangat bahagia ketika ada seorang pria remaja akan menelponku. Bisa dikatatakan ini adalah kali pertama aku berhubungan dengan pria. Ibuku selalu melarangku untuk berpacaran., bahkan untuk berdekatan dengan lawan jenispun ibu sangat melarangku. Aku tahu mungkin semua ini dia lakukan sebagai caranya untuk menyayangiku dan menjagaku dari hal buruk yang tidak dia inginkan.

''kenpa senyum-senyum sendiri?,'' Tanya ibu.

''eng engga kok bu, ishhh ibu pengen tau aja,'' jawabku malu

''abis chatingan sama siapa tuh,''? Tanya ibu kembali

''sama dona  ibu,''  jawabku santai

''jangan bohong widya, ibu tidak bisa kamu bohongi,''  Jawab  ibu '' chattingan sama dona kok bu,'' jawabku sambil berlari ke kamar .

Seperti biasa, setelah selesai sholat magrib,  aku dan keluargaku makan malam bersama. Namun, malam ini terasa suasana yang berbeda karena kursi yang biasanya ayah tempati kini kosong. Ayah sedang tugas keluar kota 6 bulan lamanya. Memang tidak terlalu lama untuk seorang tentara nasional Indonesia yang terkadang  bertugas hingga 1 tahun lamanya .  Suasana makan malam kami terasa sepi tanpa ayah, hanya ada aku, ibu,  dan abangku.

''bu, ayah kapan pulang sih?," tanyaku pada  ibu

''ayahmu baru pergi dinas 3 minggu sayang;'' jawab ibu

''ahh boah manja banget,''  ledek abangku.

''apa sih abang ikut-ikuta aja ,'' jawabku kesal.

Abangku bernama Muhammad Toni, dia adalah seorang abang tereseh sekaligus abang tersayangku. Aku memanggilnya bang Anton, kini dia sedang melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah semester 4. Aku hanya 2 bersaudara dengannya, dan boah adalah panggilan sayangnya untukku. Bang Anton memiliki sifat jahil, ceria, pintar, tapi ngeselin sukanya menjahiliku sampai aku menangis dibuatnya

''udah boah makan lagi, tuh nasi kamu  ntar  nagis dari tadi Cuma di aduk-aduk aja ,'' ucap bang anton

''ini lagi di makan lho,'' jawabku kesal

''dari tadi melamun aja, mikirin cowok ya?,'' jawabnya

''abang ishhh sok tau,'' jawabku semakin kesal

''udah ahhh jangan ganggu adekmu makan toni,'' jawab ibu

''tau tuh bang anton reseh banget,'' jawabku sambil melirik bang anton dengan nada yang kesal

Tidak bisa di bohongi, ketika makan malam tadi aku memang sedang memikirkan Dimas,   aku ingin segera mendengar suaranya meskipun hanya lewat telpon. Tebakan bang anton memang selalu benar, dia selalu mengetahui apa yang aku pikirkan,  mungkin karena kedekatan kami yang terbilang sangat akrab untuk kakak beradik. ketika makan malam usai, aku bergegas untuk pergi ke kamar menunggu waktu sholat isya tiba. Setelah selesai sholat isya, aku melihat layar hanphone berharap Dimas menelponku namun, Dimas  belum juga menelponku. Sepuluh menit berlalau ketika aku sedang asik membaca novel, tiba-tiba ponselku bordering dengan nomor baru yang tidak aku kenali.

''assalamualaikum, dengan Widya Putri   affandi,'' sapa suara yang sangat asing di telingaku.

''waalaikumsalam, iya dengan saya sendiri,'' jawabku ragu

''hay Widya, ini saya Muhammad Dimas sudirman,'' jawabnya lembut.

''ii iyaaaa,kak dimas  ini saya  widya panggil aja widya,'' jawabku gugup.

'' kok gugup widya?,"' Tanya Dimas  dengan nada tertawa

''enggapapa kak , aku cuma kaget aja  ada cowok nelpon aku  malem-malem begini,'' jawabku jujur

''jangan panggil kakak, panggil aja Dimas,'' jawabnya santai.

''iya  Dimas'' jawabku dengan nada yang lebih tenang

''iyah widya,  maaf ya aku baru nelpon, tadi aku ngerjain tugas sekolah dulu,'' jawab Dimas menjelaskan.

'' iyah enggapapa kok kak dimas, eh dimas  ,'' jawabku  malu

Malam itu adalah kali pertamanya aku mendengar suara Dimas via telpon, meskipun begitu aku yakin dia adalah seorang remaja yang sanagat baik dan  lembut. Aku memang belum pernah bertemu dengannya, namun aku sudah mempunyai kesimpulan bahwa dia remaja yang sangat pintar, terlihat dari beberapa gambar yang dia posting dalam media sosial miliknya,  dalam postingan tersebut terdapat beberapa gambar dia yang sedang menyerahkan piala dengan ukuran yang sanagt besar kepada seorang guru dalam suasana upacara bendera.

''widya, janagn lupa minum susumu di dapur sudah ibu buatkan;'' teriak ibu dari luar kamar.

''iya bu, nanti aku minum,'' jawabku kepada ibu setengah teriak.

Dimas menelpon tak lama, hanya sekitar 10 menit namun, dengan waktu yang begitu singkat sudah mampu membuatku terus memikirkannya dan berharap segera bisa bertemu. Tak lama dari itu, aku beranjak dari kamarku menuju dapur untuk meminum susu yang telah ibu buatkan untukku. Susu yang ibu buatkan telah habis aku minum setelah itu aku bergegas untuk kembali lagi ke kamar dan melanjutkan membaca novel sebelum tidur. Kurang lebih satu jam aku membaca novel hingga mataku lelah dan mengantuk sehingga membuatku memilih untuk segera mematikan lampu dan  tidur.

Tidak terasa, tahun ajaran baru  tinggal satu minggu lagi, dengan begitu aku akan segera berekolah dengan seram baru, sekolah baru dan tentunya teman-teman yang baru. Aku sudah bosan menghabiskan waktu libur hanya di rumah bersama ibu dan bang anton. Aku rindu ayah yang sedang dinas di luar kota. Hari ini hari minggu, aku di perintahkan ibu untuk segegra membeli perlengkapan sekolah bersama bang anton ke ibu kota provinsi lampung. Sebenarnya aku bisa saja membeli perlengkapan sekolah di pasar terdekat namu, ibu meminta agar aku membeli perlengkapan sekolah di Bandar Lampung dengan waktu perjalanan 3 jam lamanya dari kabupaten Tanggamus.

''Boahhhhhh banguunnnnn!!!!!!!,'' teriak bang anton dari luar kamar dengan menggedor pintu kamarku.

''nanti ahh bang, masih pagi,'' jawabku malas

''buruan bangum, mandi, sarapan boah'' teriaknya kembali

''satu jam lagindeh bang ahhhhhh,'' jawabku manja

Akhirnya bang anton kesal denganku yang tidak kunjung keluar kamar, bang Anton langsung saja masuk ke kamarku yang memang tidak terkunci dan menarik tanganku hingga aku terjatuh dari ranjang tempat tidurku,''

''bangun boah,'' ucap bang Anton dengan menarik tanganku hingga aku terjatuh dari ranjang.

''aawww, abang  aaah  bangunin aku tidur kelewatan,  sampai aku jatuh, sakit tau,'' ucapku kesal.

''lagian kamu  tidur kaya kebo, kebo aja gak gini-gini amat tidurnya,'' jawabnya santai

''masih pagi bang, udah heboh aja bangunin orang tidur,'' jawabku lagi

''udah sana buruan mandi, sarapan,  kita hari ini akan pergi membeli perlengkapan sekolah mu di Bandar Lampung,'' jawabnya

''iya-iya ahhh bawel,'' jawabku sambil  pergi ke kamar mandi dan bang anton keluar dari kamarku.

                                         

Episode 2

Minggu yang cerah, hari ini aku pergi bersama bang anton ke pusat belanja di Bandar Lampung, ibu koota provinsi lampung yang bisa di tempuh dengan perjalanan 3 jam mengggunakan kendaraan beroda empat. Selesai mandi dan mengenakan pakaian yang nyaman, aku keluar dari kamarku dan menuju meja makan untuksarapan bersama ibu dan  bang anton.

''pagi bu,'' sapaku kepada ibu

''pagi juga sayang,'' jawabnya.

''bang anton kemana bu?,'' Tanyaku kepada ibu

''itu abangmu sedang mengeluarkan mobil di bagasi, dia tadi sudahh sarapan, kamu cepat  sarapan dan segera berangkat!,'' jawab ibu kepadaku

''kenapa sih bu beli perlengkapan sekolahku harus ke Bandar Lampung, kan jauh ah bu,''  tanyaku manja kepada ibu.

            ''Minggu depan kamu sudah harus sekolah, ibu meminta kamu belanja di Bandar Lampung agar kamu bisa sekalian jalan-jalan,'' jawab ibu menjelaskan.

Kurang lebih 10 menit aku sarapan bersama ib, setelah selesai sarapan, aku segera berpamitan kepada ibu dan menuju depan rumah untuk segera pergi bersama bang anton ke pusat belanja di Bandar Lampung dan membeli perlengkapan sekolah. Banag Anton sudah berada di dalam mobil, ketika aku hendak membuka pintu mobil, aku teringat kepada Dimas, aku memutuskan untuk mengirim pesan singkat kepadanya sebelum masuk ke dalam mobil.

''selamat pagi Dimas,'' pesan pertamaku di pagi hari untuknya.

Bukannya balasan dari dimas yang kuterima, tapi omelan dari bang Anton yang ada di dalam mobil.

''boaahhhh cepat masuk mobil, lelet banget ahh udah jam berapa nih,'' teriak bang anton dari dalam mobil.

''iya bang sabaar,'' jawabku sambil membuka pintu mobil.

Pagi-pagi sekali aku sudah berada di dalam mobil bersama bang anton untuk pergi ke Ibu Kota Provinsi Lampung. Di dalam perjalanan aku kembali memikirkan Dimas, ku lihat handphone dan tidak ada tanda-tanda Dimas membalas pesan singkatku yang akau kirimkan beberapa menit sebelum aku berangkat meninggalkan rumah bersama Bang Anton. Di tengah-tengah perjalanan, handphoneku berdering, ternyata Dimas menelponku, tanpa pikir panjang aku langsung mengangkat telpon dari dimas.

''assalamualaikum,'' jawabkudengan nada  pelan karna takut di dengar Bang Anton.

''waalaikumsalam, widya, selamat pagi kembali,'' jawab Dimas dengan sekaligus membalas pesan singkatku tadi pagi.

''kamu sudah bangun dim?,'' tanyaku

''sudah widya, maaf  aku tidak sempat membalas pesanmu,'' jawab dimas.

''enggapapa kok dim,'' jawabku singkat.

Beberapa menit kemudian aku mematikan ponsel dan menghentikan pembicaraan dengan dimas via telpon. Dalam pembicaraanku bersama Dimas, dia  membahas mengenai daftar nama siswa yang lolos penyeleksian melalui jalur undangan di SMA 1 Kotaagung tempat dimas bersekolah dan tempatku bersekolah satu minggu kedepan.

   ''Selamat widya, satu minggu kedepan kamu akan resmi menjadi  siswi di sekolahanku,'  ucap Dimas

   ''terimakasih Dimas, tapi kamu tau dari mana?,'' tanyaku kepada Dimas.

    '' aku anggota osis di sekolahku, jadi aku tahu daftar nama calon siswa di tahun ajaran baru,'' jawab Dimas

Aku merasa senang setelah dimas menelponku, entah apapun yang dikatakan dimas selalu membuatku merasakan hal yang berbeda, hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. , Dimas memberi kebahagiaan terendiri untukku, lewat kata-kata lembutnya, dan kata-kata kejutan yang membuat aku seolah tak dapat lepas untuk terus memikirkannya.

''dorrrrrr, melamun terus,'' ucap Bang Anton yang sedang menyetir dan mengagetkanku.

''iisshhh,  apaan sih Bang ngagetin aja,'' jawabku kesal

''lagian kamu melamun terus setelah ada yang nelpon,'' jawab bang anton santai. Mendengar ucapan bang Anton aku hanya membalikan muka ke samping kiri dengan sebuah senyuman.

''tu kan ahhh, udah jelas inimah adek abang yang cantik jelita sedang jatuh cinta,'' goda kembali bang Anton.

Bang Anton terus menggoda sepanjang jalan hingga rasanya aku tak mau mendengar ucapannya. Namu, dalam setiap godaan yang dia utarakan kepadaku terselip beberapa kalimat nasihat untukku, aku heran entah apa yang ada di pikiran dia sehingga berpikiran sangat jauh untukku.

"Boah cantik, sebagai seorang remaja kamu tentunya akan measakan jatuh cinta, namun sebagai seorang wanita kamu harus terlihat mahal di mata laki-laki'' ucapnya lembut yang membuatku tidak bisa mengedipkan mata.

"maksud Abang gimana?," tanyaku dengan nada bingung

"jika ada laki-laki yang mendekatimu jangan langsung kamu respon," jawabnya santai

"aku makin bingung," tanyaku kembali

"aahh ni bocah polos amat yahhh, intinya jual mahal dikit lah dek," jawabnya sedikit kesal.

Aku hanya terdiam mendengar perkataan bang Anton dan mencoba mencerna kata perkata yang bang Anton ucapkan kepadaku sehingga membuat kepalaku merasa pusing dan akhirnya aku tertidur  dengan bersandar di kursi mobil. Perjalan 3 jam yang cukup melelahkan akhirnya berakhir yang di tandai dengan suara bang Anton membangunkan tidurku.

"uyyy boahhhh, boahhhh , ahhh kebo ni anak," ucapnya kesal

"apasih bang ganggu terus," jawabku dengan mata tertutrup,''

"bangun kita sudah sampai mall," kembali jawab bang Anton sambil membuka pintu mobil,"

Dengan nyawa yang belum terkumpul penuh, aku mencoba untuk keluar dari dalam mobil dan meyusul bang Anton yang terus melangkah.

  "tunggu ahh bang jangan cepat-cepat,"ucapku setengah menjerit.

  "ahhh geluk lagi kidah dekk," jawab bang Anton.

"ahh cepet geh dekk,"

Dengan langkah kaki yang setengah berlari, akhirnya aku bisa menyusul bang Anton dan berjalan di sampingnya.

"jangan jauh-jauh dari Abang nanti kamu ngilang,"jawabnya meledek

"abang pikir aku bakalan di culik," jawabku dengan kesal

"culik juga takut sama kamu dek," kembali jawabnya.

Aku tidak meneruskan perkataan dengan bang Anton dan memilih untuk terus berjalan hingga tiba di dalam pusat perbelanjaan yang terbesar yang ada di provinsi Lampung. Boleh di kata ini yang pertama kalinya aku pergi berbelanja dan sekaligus berlibur hanya berdua bersama bang Anton. Selang beberapa menit, kami  tiba di tempat yang menjual hamper semua peralatan sekolah.

"udah tuh buruan pilih kebutuhan sekolahmu dek,"ucap bang Anton

Aku memilih bebrapa perlengkapan sekolah seperti buku, tas, pulpen, pensil dan sepatu. Namun, ketika akan memilih sepatatu aku merasa bingung untuk masalah model yang sedang banyak di minati  para remaja akhirnya, aku meminta pendapat bang Anton.

"yang mana yang Bang,"tanyaku dengan memperlihatkan beberapa model sepaatu kepadanya.

"ini aja dek keren," jawabnya singkat

Ternyata pilihan bang Anton tidak pernah meleset, dia memilihkan ku sepatu bertali dengan warna hitam dan sangat cocok untukku. Aku sudah selesai membeli peralatan sekolah dan tidak ingin ketinggalan, bang Antonpun membeli sedikit perlengkapan kuliahnya seperti buku, pulpen, sepatu dan lain sebagainy.

"udah semua dek," Tanya bang Anton

"udah semua sih, tapi ada yang kurang nih bang,"jawabku dengan senyum tipis

"apalagi Widya Putri Affandi?," jawabnya setengah meledek

"aku ingin membeli novel bang," jawabku sedikit merengek

"novel lagi, yaudah ayuk kita beli, tapi satu aja,"jawabnya datar

Aku memilih sebuah novel yang berjudul "REMEMBER ME". Sejak kelas dua SMP aku sudah senang membaca novel, namun di Kabupatenku sulit menemukan took yang menjual novel, aku terbiasa membeli novel via online yang ku piker itu lebih efisien di banding aku harus pegi jauh selama 3 jam perjalanan.

"udah boah novelnya?," Tanya bang Anton

"udah nih bang, makan yuk aku laper," jawabku

Aku dan Bang Anton memilih makan siang dengan menu ayam bakar komplit dengan sayur serta minumnya. Ketika menunggu makanan terhidang, aku teringat akan Dimas, namun aku tidak bisa lupa perkataan bang Anton ketika perjalanan tadi pagi. Tanpa sepengetahuan bang Anton, aku mengecek hp dan ternyata ada chat dari Dimas.

"selamat siang Widya," ucap Dimas dalam pesan singkatnya.

"siang Dimas," jawabku dengan singkat dan langsung memasukan hp kembali kedalam tas kecilku

Tidak lama kemudian, makanan tersaji begitu rapih dihadapanku

"udah makan lagi boah, satu jam lagi kita harus segera pulang," ucap bang Anton.

"iya ihh bawel, cepet banget sih udah mau pulang aja," ucapku kesal

"jika tidak segera pulang, kita akan kemalaman di jalan boah,"" jelas bang Anton

Dua puluh menit sudah cukup untuk kami berdua menyelesaikan santap siang hari ini, dan melanjutkan membeli beberapa barang yang belum terbeli. Ketika sedang berjalan, aku menemukan sebuah photo box dan langsung menarik bang Anton untuk foto bersama

"pokonya aku mau kita foto di situ dulu sebelum pulang," ucapku setengah mengancam bang Anton.

"hadehhhh ni anak," keluh bang  Anton.

Alkhirnya kami foto berdua dengan 3 kali jepretan, foto yang pertama bang Anton nampak diam, foto kedua dia mencubit pipiku, dan foto yang ketiga aku memeluknya.

Tiga foto telah tercetak, aku langsung mengambilnya dengan cepat dan menunjukkan hasilnya kepada bang Anton.

"tuhkan bang Adikmu ini cantik,"ucapku kepadanya

"yasusah iya iya, kamu simpan saja foto itu dan sampai rumah baru kamu gunting,"jawabnya

Setelah semua perlengkapan sekolah dan perlengkapan kuliah untuk bang Anton terpenuhi, akhirnya kami bergegas turun ke lantai dasar dengan menaiki tangga berjalan dan menuju mobil karna hari sudah sore. Sekitar pukul 02.00 wib kami pergi meninggalkkan pusat perbelanjaan dan segera menuju kabupaten Tanggamus tercinta.

"buruan boah masuk mobi," ucap bang Anton

"iya bang iya, sabar kenapa sihh ishhh,"jawabku kesal

Tiga menit kemudian mobil kami pergi meninggalkan parkiran mall, mobil melaju dengan cepat mengejar target agar cepat sampai  rumah tidak terlalau malam. Dalam perjalanan pulang, tidak banyak percakapan anatara aku dan bang Anton, dan aku memilih untuk tidur.

"kenapa minan diam saja?," Tanya bang Anton

Aku tidak mendengar perkataan bang Anton dan memilih untuk tidur, dan Minan adalah nama panggilan yang berarti bibi untuk masyarakat lampung.

"yahhhh dia tidur," ucap kembali bang Anton

Perjalanan menuju pulang tidak  terasa karena selama perjalan aku memilih untuk tidur karena lelah seharian. Tiga jam telah berlalu, hari sudah hampir malam dan sebelum azan magrib aku beserta bang anton tiba di rumah tercinta kami.

"bangun boah kita sudah sampai rumah,"ucap bang Anton

"iya bang bentar," jawabku seraya membuka mata serta mengumpulkan nyawa.

Tidak lama kemudian, aku keluar dari dalam mobil dan segera masuk kedalam rumah karena sebentar lagi azan magrib berkumandang. Sesampai di rumah aku lansung saja ke kamar mandi untu mandi, setelah itu sholat magri, makan malam lalu pergi ke pulau kapuk untuk merajut mata.

Episode 3

Pagi yang cerah, sang surya perlahan menunjukkan eksistensinya dengan penuh rasa harapan dan kehangatan. Libur sekolah telah usai, kini saaatnya kembali menjalakan aktivitas seorang pelajar untuk menimba ilmu dari pagi hingga sore hari dengan seragam baru yaitu putih abu-abu.

"widyaaaa bangunn hari ini kamu sekolah,"  teriak ibu dari dapur yang membangunkan tidurku sekettika

"iya buu, widya sudah bangun," jawabku keras

Tidak ku sangka tibalah hari pertama aku bersekolah di SMA impianku sejak aku duduk di bangku sekolah dasar, namun aku kembali teringat akan sosok dimas yang terus mengganggu pikirannku. Tanpa pikir panjang aku langsung membuka hanphoneku ternyata terdapat sepuluh kali panggilan tidak terjawab.

Aku baru sadar bahwa betapa lelahku sehingga aku tertidur begitu pulasnya sehingga dimas menelpon tidak aku ketahui. Namun ternyata dimas meninggalkan sebuah pesan singkat untukku\.

"selamat tidur Widya Putri Affandi, semangat untuk hari pertama sekolah besok,"

Begitulah isi dari pesan singkat Dimas yang membuatku begitu semangat untuk pergi sekolah di hari yang pertama ini. Aku langsung melakukan kegitan yang bikasa di lakukan seorang siswa yang akan pergi untuk bersekolah di pagi hari seperti mandi, memakai seragam sekolah, dan tidak lupa memakai sepatu pilihan bang Anton. setelah semuanya ku pakai, aku berdiri di depan cermin, ohh ternyata kini aku sudah berseragam putih abu-abu dengan rambut terurai. 

"wahhh anak ibu cantik juga ternyata," ledek ibu dari balik pintu kamarku

"ahhh ibu  bisa aja mujinya,"jawabku malau

"sudah sana kamu sarapan dulu Widya," perintah ibu

"enggak deh bu, aku masih kenyang mau langsung pegi sekolah aja,"

Tanpa pikir panjang  aku langsung mencium tangan ibu dan lari pergi ke depan rumah menghampiri bang Anton yangb sudah menunggu di dalam mobil,"

"ayuk bang tancap lagi gasnya," perintahku sesampai di dalam mobi

"ehhhh maen nyuruh aja, kamu udah sarapan boahh?," Tanyanya

Tanpa pikir panjang aku langsung menjawab sudah bang. Tidak lama kemudian, mobil melaju dengan santi menghampiri sekolah impianku. Sepanjang perjalan menuju sekolah, aku terus terpikir akan sosok Dimas yang pastinya akan membuatku tidak bisa berkedip melihat dan mengaguminya. Akhirnya tibalah aku di depan pintu gerbang sekolah.

"sampai, udah cepet sana masuk sekolah yang bener," ucap bang Anton

Tanpa menjawab perkataannya ,aku langsung keluar mobil dan perlahan masuk ke dalam sekolah. Wahh sungguh sekolah yang indah penuh dengan pohon dan hiasan piala di sudut-sudut sekolah yang menandakan siswa siswi di sekolahan ini sangatlah berpretasi. Aku terus melangkah dengan rambut terurai dan rasa hati yang sangat kagum tercampur bingung harus masuk keruangan mana. Tiba-tiba kehadiranku di sambut oleh anak-anak osis yang sudah siap menyambut smua siwa-siswi baru untuk memasuki ruangan aula.

"silahkan masuk dek," sapa seorang siswi yang memakai almamater berwarna biru yang menandakan dia adalah seorang anggota osis di SMA ini.

"iya kak terima kasih," jawabku singkat

Tanpa pikir panjang aku langsung saja memasuki ruangan aula yang sangat luas serta sudah tersedia ratusan kursi pelastik yang tentu saja di sediakan untuk semua siswa-siswi baru. Aku bingung harus duduk dimana karna aku belum menemukan kawan baru di sini, terlebih aku datang sangat pagi karna terlalu semangatnya aku untuk bersekolah hari ini. Namun, ketika aku sedang memilih akan duduk dimana, tiba-tiba ada seorang yang memanggilku

"hey Widya Putri Affandi,"

teriak seorang wanita dengan suara yang sudah tidak  asing lagi di telingaku. Ohh ternyata itu Dona, ya Dona Oktavia sahabatku sewaktu di SMP. Tidak lama kemudian kamu berdua bergegas mencari bangku yang paling nyaman untuk diduduki.  Akhirnya, kami memilih untuk duduk di bagian tengah yang menurut kami itu adalah tempat yang sangat strategis.

"ternyata kitas bisa satu sekolah lagi ya Don," ucapku senang

"iya nih, semoga bisa satu kelas lagi yan," jawab Dona tak kalah senangnya denganku.

Beberapa menit kemudian, ruanagn aula yang sangat luas ini terasa padat oleh ratusan siswa dan siswi yang tak kalah antusiasnya denganku. Namu, di tengah keramain, aku teringat kembali akan Dimas yang sedari tadi coba aku cari-cari.

"widyaaaa, widyaaaaa hey,"

"iiya ehh iya, kenapa Don," jawabku kaget

"kenapa sih aku perhatikan kamu melamun terus, emang ada apa sihh," Tanya dona yang sanagt penasaran.

"gak kenapa-kenapa kok aku Cuma kepikiran Dimas,"

"owhhh Muhammad Dimas Sudirman yaaaa?,"

"kok kamu tahu?,"

"kan kamu pernah cerita mengenai seseorang yang mengirim pesan singkat melalu media sosial, lagi pula siapa sih yang gak kenal kak Dimas," jawabnya dengan penuh keyakinan.

Setelah beberapa menit kemudian, anggota osis membagikan name teks yang akan kami kalungkan sebagai identitas murid baru di sekolahan ini. Namun, anggota osis hanya meminta kami untuk memberi nama dan asal sekolah menengah pertama. Ternyata, pengalungan identitas akan di lakukan secara simbolis pada upacra bendera yang akan di mulai sebentar lagi. Setelah nama selesai kami tuliskan, akhirnya kami di pimpin anggota osis untuk berbaris secara rapih.

"wid jangan jauh-jauh ya barisnya," ucap dona

"iya don, kamu di belakang aku aja ya,"

"oke siap,"

Kini upacara dimulai, semua peserta upacara mengikuti upacara dengan hikmat. Di sudut lapanagn terlihat anggota osis berjaga-jaga untuk mengantisipasi siswa yang rebut selama upacara berlangsung. Tidak ketinggalan juga anggota palang merah remaja atau PMR yang senantiasa berjaga-jaga karna di takutkan akan ada siswa atau siswi yang pinsan ketika upacara.

"Don, kak Dimas mana yang mana ya?'

"iya aku juga belum melihatnya dari pagi wid,"

Mataku terus mencari-cari keberadaan Dimas, aku sangat berharap untuk segera bertemu dengannya. Bendera merah putih telah terkibar, kini tiba saanya Pembina upacara menyampaikan amanat upacara sekaligus membuka masa orientasi sekolah bagi siswa dan siswi baru. Kini tiba saatnya pemasangan name teks yang di pasangkan secara simbolis. Perwakilan putra di wakili oleh seseorang yang katanya bernama Bambang Daviko Abi dan perwakilan putrid di wakili olehku. Sebelum upacara di mulai, salah satu anggota osis memintaku maju kedepan untuk di kalungi name teks secara simbolis

"wid, kamu sudah di panggil tuh cepetan maju,''

"iya Don, aku maju dulu yah,"

"oke sip good luck widya comel,"

Tidak lama kemudian aku maju menghampiri kepala sekolah. Aku dan Bambang di kalungi secara simbolis oleh kepala sekolah.setelah terpasang, semua murid baru serebtak memasangkan kalung nama masing-masing yang telah di beri nama sebelumnya oleh mereka sebagai identitas siswa dan siswi baru. Tepuk tangan meriah tidak luput mengiringi pembukaan masa orientasi kami. Penyematan di rasa sudah selesai, aku dan Bambang kembali ke tempat semula untuk berbaris secara rapih.

"wihhh beruntung kamu wid,"

"ahhh biasa aja don,"Upacar terus berlangsung namun, setelah penyematan tadi kepalaku terasa pusing, tanagnku terasa dingin dan penglihatanku mulai kabur. Mungkin ini semua karena aku yang tidak  sarapan dan maghku kumat. Sungguh aku mulai tidak bisa melihat apa-apa. Tiba-tiba ada yang menarik tanganku dari samping.

"ayuk ke UKS , janagn di paksain kalo gak kuat," ucapnya yang tidak kutahui dia siapa

"enggak kok kak aku baik-baik aja,"

"ehhh kalo gak jangan di paksain ntar pinsan ngerepotin orang,"

"aku baiik-baik aja,"

Pemuda itu tidak aku ketahui siapa karena penglihatanku yang kabur dan tidak bisa mengenali siapapun.

"udah wid ke UKS aja aku anter yuk," ajak Dona

"enggak Don, aku bai-baik aja,"

Tiba-tiba penglihatanku sudah tidak terkendali dan tubuhku sangatlah terasa lemas. Beberapa menit kemudian aku terjatuh pinsan di tengah-tengah peserta upacar. Namun, aku tidak merasakan terjatuh langsung karena ternyata ada seseorang yang dengan sigapnya menangkap tubuhku yang tumbang. Meskipun aku pinsan, aku masih bisa merasakan ada yang mengangkat tubuhku dan aku masih bisa mendengar perkataan orang-orang di sekelilingku

"tandu dek tandu cepet,"

"tandunya di UKS kk tadi ada yang pinsan juga,"

Tanpa menghiraukan orang-orang di sekeliling yang memperhatikannya, dia langsung saja membawa aku menuju UKS. Beberapa menit kemudian aku sadarkan diri.

"udah nyonya pinsannya?," sapa seorang pria di sampingku

"aku dimana kk?,"

"di syurga, ya di UKS lah kan kamu tadi pinsan," jawabnya santai

Aku tidak mengetahui siapa sebenarnya pria ini, namun aku tidak asing dengan suaranya.

"udah nih minum ada teh hangat dan roti coklat untukmu,"

"terima kasih kk,"

"iya sama-sama, mangkanya jangan lupa sarapan widya,"

"kok tahu namaku?,"

"itu name teks mu," tunjukknya pada name teks yang menjadi identitasku

"yasudah istirahat dulu di sini, nanti kalau sudah baikan kamu bisa kembali ke aula,"

"iya kk  sekali lagi terima kasih,"

"iya sama-sam," jawabnya cuek dengan pergi meninggalkaku

Tidak lama kemudian, datanglah Dona dengan penuh rasa khawatir dan membawakanku minu dan tiga buah roti coklat

"gimana keadaanmu wid," Tanya Dona dengan nada yang cemas

"aku baik-baik aja wid,"

"aku bilang juga apa, lebih baik kamu tadi istirahat di UKS,"

"iya maafkan aku sudah merepotkan banyak orang," jawabku dengan rasa bersalah

"yasudah lah wid santai aja, ehh btw tadi yang menggendongmu ke sini kk Dimas lho,"

"hahhh demi apa kamu Don?" tanyaku dengan  rasa tidak percya

"iya serius widya, itulah Muhammad Dimas Sudirman siswa kelas XI IPA1 dan sekaligus siswa paling berprestasi sepanjang sejrarah berdirinya sekolah ini,"

Sungguh tidak dapat aku percaya, ternyata orang yang menolongku tadi adalah Dimas, yahh Dimas yang beberapa minggu terakhir terus ada dalam pikiranku. Pendengaranku ternyata tidak meleset, aku pernah mendengar suara sepertinya, yahhh, tentu saja, itu adalah suara dimas yang menelponku beberapa minggub yang lalu. Bagaikan jatuh tertimpa berlian, meskipun raanya tetap bsaja sakit namun, ada kebahagiaan di balik itu semua.

"ayuk Don kita kembali ke aula, keadaanku sudah membaik,"

"yasudah ayuk wid, aku bantu kamu berdiri."

                                    Episode 5

Aku merasa keadaanku sudah jauh lebih membaik di bandingkan beberapa menit yang lalu. Roti coklat dan teh hangat yang di berikan Dimas dapat memberikanku tenaga untuk melanjutkanaktivitas selanjutnya. Setelah upara selesai, semua siswa dan siswi baru berhamburan pergi memasuki ruangan aula. Sepanjang perjalananku menuju aula aku terus terpikir akan  sikap dimas yang begitu dingin, berbeda dengan dimas yang aku kenalai selama ini di media social.

"Wid, kenapa melamun aja,"

"enggak apa-apa kok don,"

"pasti kepikiran Dimas yaa?,"

"iya don, kenapa sikapnya begitu berbeda ya,"

Berbeda bagaimana maksudmu?,"

"dimas yang aku kenal begitu berbeda dengan Dimas yang aku temui tadi,"

"aku makin gak ngerti maksud kamu Wid,"

"yasudah Don, nanti kita bahas lagi dan sekang mari masuk aula kembali,"

"yasudah kalau begitu Wid,'

Aku dan dona kembali memasuki ruangan aula yang seudah kembali padat oleh siswa dan siswi baru. Masa orientasi sekolah merupakan masa pengenalan bagi semua siswa dan siswi yang aku rasa di lakukan oleh sekolah manapun sebagai usaha  pengenalan sekaligus masa adaptasi terhadap sekolah yang baru. Masa orientasi di sekolah baruku di adakan selama tiga hari lamanya. Selalma tiga hari kami di beri bimbingan dan arahan yang sangat berguna bagi kami. Aku merasa senang karena selama orientasi banayk hal yang kami dapatkan, bukan perpeloncoan yang di jadikan ajang balas dendam senior di sekolah. Hari pertama ada pengenalan dari pihak sekolah meliputi kepala sekolah dan dewan guru serta anggota osis yang tidak lupa memperkenalkan diri satu persatu

"Wid, sekrang giliran perkenalan anggota osis nih," ucap dona dengan penuh antusias

"iya Don,  udah gak sabar nih,"

"iya Wid sama,"

Anggota osis memperkenalkan diri satu persatu, dimaulai dari ketua osis yang saat ini baru berada di bangku kelas XII. Saat itu dimas masih menjadi anggota osis karena baru memauski kelas XI. Perkenalan ketua osis tak kalah ramainya, dia di banjiri suara tepuk tangan yang meriah oleh siswa dan siswi baru. Nama ketua osis pada saat itu adalah Yoga Mahendra Pratama. Bagiku Yoga memiliki sosok pemimpin yang sangat dominan, terlihat dari cara dia bertutur kata saat perkenalan. Kini tibalah saatnya Dimas perkenalan.

"selemat siang semuanay,"

"siaaanggggggggggggggggggg," jawab semua siswa dan siswi baru yng memenuhi ruanagn aula.

" perkenalkan nama saya Muhammad Dimas Sudirman, siswa kelas XII IPA1,"

"haayyyyyy kk Dimassssss," ucap seorang siswi baru yang sangat terpesona oleh paras dimas .

"ada yang ingin ditanyakan,"

"saya kak," jawab seorang siswi yang sedari tadi terpesono terhadap dimas

"iya silahkan,"

"hoby kk apa,"

"hoby saya banyak dek, seperti berorganisasi, berolahraga, bahkan sampai menyanyyi,"

"kalau begitu boleh dong kk bernyanyi sedikit untuk menghibur kami semua,"

"tentu saja dengan senang hati,"

Suara tepuk tangan bergemuruh mengisi setiap sela-sela ruangan aula. Sungguh tidak aku sangka pertanyaan gadis yang belum aku kenali itu bisa membuatku mendengarkan Dimas bernyanyi untuk yang pertamankalinya. Ternyata tidak hanya aku, banyak siswi baru di sekolahan ini yang mengagumi sosok dimas. Dimas sunghguh sangat tampan, di tambah dengan postur badannya yang dapat membuat kaum hawa terpesona . tidak lama kemudian dimas mengambil sebuah gitar dan bernyanyi.

"wahhhhhh merdu banget suaranya Wid,"

"ahhhh biasa aja sih Don, bagusan juga suaranya kucing di rumahmu,"

"gila kamu wid,"

Aku sungguh menikmati lirik demi lirik yang Dimas nyanyikan. Suara Dimas memang sungguh merdu dan indah untuk di dengar, maka tidak heran jika ia mendapatkan tepuk tangan yang sangat meriah dari para audien. Meskipun aku menyukai suara Dimas, tapi aku tidak semerta-merta memuji suaranya di hadapan Dona. Aku memuji di dalam hati karena ingin terlihat biasa saja di mata Dona meskipun aku mengaguminya.

"yahhhh bentar banget sih nyayi nya," ucap dona

"ya mau kaya mana lagi emnaggnya dia lagi konser,"

"kok jadi sinis begitu wid sama Dimas,"

"aku masih kesal aja dengan sikap dia sewaktu di Uks tadi,"

"bukannya berterima kasih kamu sudah di tolong nya,"

"tapi sikap  dia beda banget sama yang biasa aku kenal di Sosmed,"

"ahhh gak ngerti deh wid, nanti kita cari tahu lagi kenapa dia begitu,"

Hari semakin siang, tepat pukul 12,00 siang acara orientasi hari pertama selesai. Kami di beri selembar angket untuk memilih jurusan apa yang harus kami pilih. Di dalam angket tersebut terdapat tiga jurusan yang hanya bisa kami pilih hanya satu jurusan yang kami inginkan masing-masing. Aku langsung memasukkannya ke dalam tas dan bergegas untuk segera pulang.

"Wid, pulang bareng yukk," ajak dona

"gak deh don, aku di jemput bang anton,"

"yaudah kalau begitu aku duluan yah,"

"oke byeee don hati-hati yaa!"

"siiipppp deh Wid,"

Beberapa menit kemudian, kerumunan orang di dalam aula ini seketika kosong. Satu persatu orang meninggalkan ruangan. Tinggal lah aku dan beberapa anggota osis di dalam ruangan. Sebelum aku berjalan menuju gerbang sekolah, aku mencoba menelpon bang anton terlebih dahulu namun sial, ternyata hanphone ku mati. Kuputuskan untuk menunggu bang Anton di gerbang sekolah.

"hay Widya Putri Affandi," ucap seorang pemuda dari ketiga pemuda yang kutemui di gerbang

"bagaimana kau mengenaliku?,"

"hahahhahahahah," mereka bertiga tertawa lepas kepada ku

"itu," tunjuknya kepada nameteks yang berfungsi sebagai identitask

"sendirian aja nihh," goda salah seorang pemuda

"boleh gak abang anterin pulang, abang bawa vixion lho,"

"jangan diem aja dong, mendingan ukamu kenalin aku Abiyatul Iman biasa di panggil Abi, siswa baru sama seperti mu,"

Yahh itulah Abiyatul Iman, siswa baru di SMANSAKA sama sepertiku. Dia memang berparas tampan, bertubuh tinggi dan putih serta mata yang sipit khas masyarat Lampung. Namun sikap nya yang tidak sopan kepadaku membuat aku tidak suka kepadanya mulai dari pertama bertemu.  Aku tidak menanggapi ucapan mereka dan memilih untuk diam saja. Aku gelisah menunggu bang Anton yang tidak kunjung datang menjemputku.

Tiba-tiba Dimas datang menghampiriku dengan motor besarnya yang berwarna biru.

"kalian belum resmi ya adik-adik jadi siswa di sini, jangan betingkah oke," ucap dimas kepada tiga orang siswa yang mengganggu ku

"kami hanya ingin berkenalan apa salahnya," jawab abi

"berkenalan boleh, tapi layaknya seorang pelajar kan bisa ,"

"banyak omong lo senior sialan,"
Dimas menghiraukan ucapan Abi begitu saja dan segera mengajakku untuk naik ke motornya,"

"ayuk widya kita pulang," ajaknya

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, spontan saja aku naik ke atas motor Dimas dan bebrapa detik kemudian motor melaju dengan cepat

"kita mau kemana?,"

"mau pulang lah, pake di tanya lagi,"

"kamu kan tidak tahu alamat rumahku,"

"tinggal kamu ucapkan saja apa repotnya,"

Motor terus melaju, sepanjang perjalanan aku menahan kesal akan sikap dimas yang susah di tebak dan dingin seperti es di kutub utara. Aku mencoba sabar dan tenang, bagaimanapun dia telah menolongku dua kali di hari ini. Mestinya aku berterima kasih  kepadanya, namun sikapnya yang dingin membuatku lebih baik diam saja. Beberapa menit kemudian, kami sudah sampai di rumah. Aku turun dari motor dan bergegas masuk.

"makasih banyak ya kk untuk petolongnnya hari ini,"

"sama-sama,"

Setelah terlontar ucapan terimak kasih dari bibirku, aku melangkah menuju pintu rumah namun,

"widya...,"

"iya,"

"jangan lupa sarapan ya!,"

Aku kaget mendengar ucapan dimas, setelah dia berkata "jangan lupa sarapan ya!,"  ohh hatiku merasa senang tidak karuan. Aku langsung membuka pintu rumah dengan hati yang tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata senangnya. Sesampainya di rumah, aku melihat ibu yang sedang berganti pakain. Ternyata ibu juga baru sampai di rumah

"udah pulang nak,"

"udah bu," jawabku dengan mencium tangan kanannya.

"mana bang Anton,"

"gak tau bu dia dimana,"

"memangnya dia tidak menjemputmu,"

"ibu tanya aja deh sama dia nanti, Widya mau ke kamar dulu,''

Aku tidak panjang lebar berbincang dengan ibu karena aku tahu ibupun measa lelah setelah setengah hari menjalankan tugasnya sebagai guru sekolah dasar. Aku memilih untuk segera masuk kedalam kamar berganti pakaian dan mengecas handphone ku yang yang mati total. Setelah berganti pakain, aku kembali ruang makan untuk makan bersama.

"Boahhhh kemana aja sih kamu dek,"

"ya pulang lah bang, aku tadi nungguin abang sampe mau beranak,"

"tadi ban mobilnya pecah dek, abang telpon kamu juga gak aktif,"

"hp ku mati bang lupa aku cas semalam,"

"ahhh kebiaasaan kamu ini,"

Aku ibu dan bang Anton makan siang bersama bertiga. Makan siang hari ini terasa begitu nikmat ntah apa yang terjadi ketika makan aku senyum-senyum sendiri

"bu liat geh boah senyum-senyum terus,"

"mikirin apa sih kamu nak," tanya ibu

"enggak kok bu,"

"abis diantar pulang siapa tadi?,"
"abang ah kepo,"

Episode  6

          Widya Putri Affandi, yahh itulah nama yang cukup indah pemberian kedua orang tuaku. Akau memang lahir dan besar di Lampung, namun harus kalian ketahui bahwa aku tidak memiliki darah Lampung sedikitpun. Meskipun demikian, aku senang dan bnagga bisa lahir dan tumbuh di Lampung, dengan begitu aku bisa mengenal budayanya yang begitu indah nan memukai. Mulai dari tarian adat, makanan khas, bahkan pantai serta tempat wisatanya yang begitu indah.

         Sore menjelang malam, senja mulai menghilai meninggalkan langit yang begitu cerah di ganti oleh malam yang begitu gelap. Sudut kamar tinggalah aku seorang terpaku dalam lautan kebingunan. Apa yang terjadi sungguh aku tidak tahu. Apakah aku jatuh cinta kepadanya? Ohh mungkin. Rasa ini begitu indah untuk dirasakan dan begitu sulit untuk di mengerti.

"widya, tentukan pilihan jurusanmu baik-baik jangan sampai salah jurusan," pesan singkat dimas via whatsaps

Aku kaget malam-malam begini dia memberiku pesan singkat.

"aku tidak akan salah ambil jurusan, gak usah sok peduli dehh,"

"syukurlah, semua wanita bukannya senang di perhatikan?,"

"iyaaa.. tapi tidak darimu," balasku singkat

Sungguh aku memang senang dimas begitu padaku, tapi sejak kejadian pertama berjumpa aku sangat kesal padanya dan lebih aku memilihbersikap  cuek kepadanya agar tidak terlihat murahan meskipun aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Malam semakin larut, akhirnya aku istirahat di pulau kapuk yang damai ini. Esok paginya aku menjalankan aktivitas seperti biasa layaknya seorang pelajar. Aku bangun pagi, mandi, sarapan, dan berangkat sekolah di antara abang ku dengan mobil kesayangannya pemberian ayah. Tidak hanya aku, ibupun tidak kalah sibuknya, sebagai seoang guru dia harus membagi waktu antara seorang ibu rumah tangga yang mempunyai dua orang anak serta seorang guru sekolah dasar.

                     Sebenarnya kebutuhan kami sudah lebih dari cukup di penuhi oleh ayah yang berprofesi sebagai Tentara Nasional Indonesia. Namun, ibu lebih memilih untuk bekerja sebagai seorang guru Pegawai Negri Sipil di sekolah dasar yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Alas an ibu bekerja yaitu ia hanya ingin ilmunya yang ia peroleh dari pendidikan selama 16 tahun lamanaya bisa bermanfaat dan tidak sia-sia.

"widya sarapan dulu," ucap ibu

"gak deh bu aku belum mau sarapan."

"kamu itu punya penyakit magh tapi susah makan,"

"nanti sarapan di sekolah aja deh,"

"yasudah ini bekal kamu untuk sarapan di sekolah,"

Bebrapa menit kemudian aku di antar menuju sekolah oleh bang Anton. hari ini adalah hari kedua masa orientasi sekolah yang beragendakan penampilan dari setiap eskul yang ada di sekolah. Aku sangat bersemangat melihat penampilan setiap eskul, karena dari situ aku akan menentukan eskul mana yang akan aku pilih sesuai dengan kemampuan serta minat dari masing-masing siswa. Satu persssatu eskul telah tampil, kini tibalah eskulyang Dimas tampilkan. Ternyata, Dimas mengikuti eskul olahraga basket. Dia menampilkan teknik-teknik  yang ada di permainan bola basket. Diiringi dengan music yang semarak membuat penampilan Dimas semakin memukau.

"kak Dimassss kk dimaaaa" teriak seorang siswi dari belakang tempat dudukku.

"itu cewe histeris banget ya Don,"

"iyalah Wid, gimana gak histeris Dimas nya keren banget,"

"iya sihh, ucapku tanpa sadar,"

"tuh kan kamu aja mengakui,"

"ehhh gak kok gak," jawabku malu

Jujur dari dalam hati yang terdalam, aku terpukau melihat penampilan Dimas yang gagah nan menawan setiap hati wanita remaja satu sekolahan ini. Aku jadi ingin mengikuti eskul yang Dimas ikuti. Tetapi aku tetap pada komitmen pertama harus mengikuti satu eskul saja namun fokus. Mungkin kalian berpikir aku akan mengikuti eskul kesenian, paduan suara atau mungkun olahraga yang Dimas ikuti. Namun, aku mengikuti eskul Paskibra ya pasukan pengibar bendera yang penuh dengan sifat disiplin.

"Wid udah nentuin eskul apa yang akan kamu pilih?,"

"udah don, nanti setelah istirahat kita susun angket pemilihan eskul ya,"

"oke wid,"

Penampilan Semua estrakulikuler telah usai, eskul yang ada di smansaka semuanya patut di acungkan jempol. Semua begitu layak untuk di ikuti, apalagi eskul terpopuler yaitu basket yang dimas ikuti sudah sampai tingkat nasional mengikuti ajang kompetisi. Namun, aku tetap hanya memilih satu eskul saja. Jika di tanya mengapa aku memilih eskul paskibra, jawabannya karena aku ingin menjadi pemudi yang disipli, cinta tanah air dan sebagai perwujudan bela Negaraku dengan bangga mengibarkan bendera merah putih.
"ayuk wid kita ke kantin dulu," ajak dona.

"kuy lah don,"  kuy di sini berarti yuk

Ketika sesampainya aku dan dona di kantin, suasana di sana sangatlah ramai, meja-meja panjang terasa sesak dan bangku-bangku plastic tidak ada satupun yang bisa untuk aku dan Dona duduki. Kami bingung hendak duduk dimana dan memesan makanan apa karena suasana kantin sangat ramai. Aku bersama Dona hanya berdiri di sudut kantin dengan rasa bingung. Dari kejauhan terdengar obrolan sekumpulan wanita yang ternyata sedang memperbincangkan Dimas,"

"ewwww sumpah cin itu senior kita ganteng gila,"

"wahh luarbiasa gue sampe gak bisa berkata-kata mandangin muka dan postur tubuhnya yang menawan,"

"kalo gak salah dia anak dari salah seorang guru disini deh,"

"uhhh kebetulan tuh kita gebet dulu nyokapnya baru anaknya,":

"pokonya gue harus bisa macarin tu anak,"

":tenang aja Ninggrat Ayu Pradini anak sultan, nanti kita-kita bantu deh,"

Itulah obrolan sekumpulan siswi baru yang mengagumi Dimas. Ternyata nama siswi itu Ninggrat Ayu Pradini, ya dialah yang meminta Dimas untuk bernyayi dan dia pulalah yang berteriak histeris memanggil-manggil nama Dimas ketika Dimas sedang menampilkan eskul olahraga. Tidak heran jika baru dua hari saja Dimas mampu memikat hampir semua siswi baru di smansaka.

"deger geh tuh wid, hampir semua siswi baru memperbincangkan Dimas,"

"biarkan saja yang penting kita tidak menggangunya,"

"yasudah, jadi makan gakl nih,?"
"bingung mau makan dimana geh Don,"


tiba-tiba datanglah Dimas dari arah belakang yang membuatku tidak bisa berkata-kata. Dimas datang dengan masih menggunakan seragam basketnya dan membawa dua botol air mineral.

"udah makan wid? Tanyanya  singkat

"emmhhh, belum kk

"panggial aja Dimas,"

"iya kk Dimas, eh Dimas,"

"kalau begitu ikut aku yuk,"

"kemana,?''

"udah ikut aja,"

"tapi gimana Dona nya?,"

"enggak apa2 wid, nanti aku makan di sini aja,"

Dengan rasa tidak enak hati kepada Dona dan rasa tidak percaya dan senang bertemu dan di ajak Dimas ntah kemana akhirnya aku pergi mengikutinya. Semua siswi-siswi yang ada di kantin tidak percaya melihat aku berjalan di samping Dimas

"kita mau kemana ya Dim?,"

"makan," jawabnya singkat

"makan apa,?"

"hati,"

Dimas memang tipe cowo yang susah di tebak, lebih sering terlihat pendiam dan susah untuk berkata-kata. Dari kantin kami berdua menuju parkiran. Tanpa pikir panjang Dimas mengajakku untuk menaiki motor besarnya yang berwarna biru kesukaanku. Kami melaju dengan kecepatan sedang dan aku lebih memilih untuk diam.

"jangan diam saja dong wid, aku gak gigit kok," candanya

"iya gak kok ini aku ngomong,"

"nah kan kalo gini gak kaku,"

"lagian kamu orangnya cuek banget,"

"gakk kok, ini aku gak cuek kan,?.

Bebrapa menit kemudian akhirnya kami tiba di sebuah kedai bernama "iwan galau''. Ntah ini makanan apa yang pasti ini pasti iwan seperti bakso yang terbuat dari ikan air laut. Aku segera bergegas turun ketika Dimas mematikan motornya. Setelah memarkirkan motor aku di ajaknya masuk. Aku masih asing dan aneh dengan tempat ini karena sebelumnya aku merasa belum pernah kesini.

"udah dong bengongnya,"

"enggak kok,"

"udah jangan di pikirin, Makanan di sini enak kok pavorite aku aman gak bersianida,"

"kok aku baru tahu ya,?

"kemana aja non, orang lampung kok gak tahu makanan legendarisnya ,"

"aku bukan suku Lampung asli Dim, kedua orangtuaku bersuku Sunda,"

"emhhh aku baru tahu,"

Lima menit kami menunggu akhirnya pesanan Dimas sampai. Dua gelas es jeruk dan dua mangkuk iwan galau tersaji di hadapan kami  berdua. Aku mulai sedikit memakannya. Ternyata benar kata Dimas, rasanya sungguhlah nikmat, iwan galau sendiri adalah iwan sejenis bakso dari ikan air tawar di campur dagiing ayam dan berisi potongan hati ayam yang telah di bumbui.

"enak gak wid,"

"enak kok Dim,"

"pake banget gak,?" goda Dimas

"hhehehe iya deh," jawabku singkat

Aku masih tidak mengerti dengan Dimas, mengapa sifatnya selalu berubah-rubah. Kadang terlihat cuek, acuh dan sekarang asik ketika sedang bersamamu.

"dim, boleh nanya gak,?"

"silahkan,"

"mengapa sikapmu selalu berubah-ubah?,"

"aku memang tipikal orang yang cuek dengan orang sekitar namum, aku akan bersikap asik dengan orang yang membuatku nyaman."

Aku hanya terdiam mendengar dimas berkata begitu, secara tidak langsung berarti dia merasa nyaman denganku. Betapa bahagianya aku hari ini.

"aku antar kamu pulang yaw id,"

"kan orientasi belum beres Dim,"

"udah gak apa2, semua eskul udah tampil tinggal acara penutup lagian kamu kan sudah absen,"

Tanpa banyakl berpikir, aku memilih untuk pulang di antar oleh dimas besama motor besarnya yang melaju dengan kencang karena cuaca terlihat tidak mendukung. Di tengah perjalanan, hujan turun dengan lebatnya sehingga membuat pakaian aku dan Dimas basah kuyup. Dimas meminta aku untuk berpegangan dengan erat karena ia akan melaju dengan kencang. Kini  tibalah kami di depan rumahku. Ibu menyambut dengan payung di depan gerbang dan meminta dimas untu singgah terlebih dahulu

"yaampun kalian berdua kehujanan, widya suruh temannya singgah dulu kasihan,"

"enggak apa-apa tante aku langsung aja ya,"

"hujan nak, masuk lah sebentar,"

Akhirnya Dimas singgah kerena permintaan ibu. Aku langsung bergegas ke kamar untuk mandi dan berganti pakain dan ibu segera mengambilkan anduk dan pakaian bang Anton untuk dimas salin

"kamar mandi nya di sebelah sana, mandi dan salinlah nak,"

"terimakasih tante,"

Setelah mandi dan berganti pakain, aku segera turun kembali ke lantai dasar menemui ibu, ibu meminta ku membutkan Dimas secangkir the hangat dan mengeluarkan biscuit dari dalam kulkas. Dimas sudah selesai salin dan sekarang berada di ruang tamu. Aku segera keruangan tamu membawakkan dimas dua cangkir teh hangat dan sepiring biscuit.

"di minum Dim,"

"gak usah repot-repot Wid,"

"gak repot kok biasa aja,"

Dimas meminum the hanagt buatanku, dengan memegang secangkir teh hangat, dia berjalan-jalan kecil menatap setiap foti di sudut ruang tamu.

"ayahmu seorang tentara wid,"

"iya betul Dim, sekrang dia sedang tugas di luar kota,"

"dan ini abangmu,?"

"iya, namanya bang Anton, sekarang dia sedang kuliah,"

"ternyata kita sama,"

"sama?, maksudnya?"

"kita sama-sama sering di tinggalkan oleh ayah, ayahku seorang pelayar, enam bulan sekali baru pulang,'

Entah apa yang terjadi., mata dimas berkaca-kaca. Aku hanya bisa terdiam tidak tahu apa yang harus aku tanya dan aku katakana. Selang bebrapa menit, dimaas berpamitan kepada ibu untuk bergegas pulang karena hujan juga sudah reda

"tante terimakasih ya, aku pamitan pulang,"

"tante yang terimakasih kamu sudah mengantarkan anak tante pulang nak,"

Aku dan ibu menganter dimas ke depan pintu gerbang, hingga motor dimas tidak terlihat lagii barulah aku dan ibu masuk kedalam rumah. Ketika aku sedang membereskan gelas dan piring di ruang tamu, terdengar bunyi suara mobil bang Anton. aku bergegas untuk membukakan pintu gerbang.

"duhhh boahh kamu kemana aja abang jemput ternyata ada di rumah,"

'iya maaf bang aku tadi di antar teman pulang,"

"Kenapa gak nelpon sih?,"

"heheee maafin, hp aku mati lawbet,"

"ahhh boah kebiasaan,"

Bang anton rupanya tidak mau ambil pusing, dia segera pergi ke kamarnya untuk bergegas mandi karena hari sudah mulai sore. Ketika tiba makan malam bersama, bang Anton kembali membahas tentang remaja yang mengantarku pulang.

"bu widya di antar pulang cowok ya?,"

"iya, Dimas namaya,"

"anaknya gimana bu?,"

"baik, sopan dan juga tampan bang,"

"ahh abang kaya polisi aja pake introgasi ibu,"   ucapku kesal

"kana abang berhak tahu kamu dekat dengan siapa, kemana, ngapain aja, kan ayah lagi gak ada jadi abang gantinya ayah,"

"dengerin tuh abangmu widya,"

"iya bang Anton, abangku yang paling tampan karena Cuma punya abang satu-satunya gak ada pilihanya," ledekku

"yasudah jika sudah selesai makan sana istirahat ke kamar boah," ucap bang Anton.

Aku bergegas naik ke lanati dua menuju kamar ternyamanku. Sesampai di kamar aku menulis sedikit catatan di buku harianku

 

"dear diary, hari ini sungguh tidak bisa di duga, aku mendapatkan kebahagian yang tidak bisa aku dapatkan dimana-mana dan hanya bisa aku dapatkan darinya. Kepribadiannya yang acuh-tak acuh seketika berubah asik ketika sedang bersamaku dan mungkin karena alas an nyaman. Dia juga mempir kerumah dan sempat meminum teh  hangat buatanku. Terima kasih untuk hari ini. Sekian.

aku merasa bahagia hari ini, semua yang kualami terasa seperti mimpi. Mulai dari Dimas yang menegurku di kantin, mengajakku makan iwan kesukaannya bersama, hingga kejadian dia mampir ke rumahku karena hujan yang amat lebatnya. Sepertinya ada keberkahan tersendiri dari hujan hari ini. Kini saatnya aku untuk merajut mata di pulau kapuk atau beristirahat.

"selamat beristirahat widya,"  pesan singkat Dimas

"selamat beristirahat kembali Dim,"

Tidak terasa aku tidur selama delapan jam dengan pulas. Hari ini aku sangatvbersemangat untuk bersekmolah karena muali hari ini semua siswa baru sudah mulai memasuki kelas masing-masing sesuai denganprogram jurusan yang telah di pilih siswa. Aku seendiri memilih program jurusan ilmu-ilmu sosial atau IPS. Banyak sekali pertimbangan mengapa aku memilih IPS, salah satunya aku bukan orang yang suka menghitung namun lebih suka untuk menghafal dan berbicara di depan umum.

"buruan Boah abang anter ke sekolah,"

"iya bang sebentar,"

Ketika aku akan berangkat bersama bang Anton, ternyata di depan rumah sudah ada Dimas dengan motor besarnya.

"siapa itu widya,?" tanya bang Anton

"itu Dimas yang nganterin aku pulang bang,?

Tidak lama kemudian, Dimas menghampiri bang Anton

"selamat pagi bang,"

"pagi," jawab bang Anton.

"kenlain bang aku Dimas kawan widya,"

"iya saya Anton, abangnya Widya,"

"jika tidak keberatan, boleh gak widya brangkat sekolah bareng aku,"

"yakin selamat gak nih,?"
"di jamin bang,"

"yasudah hati-hatti, gue nitip widya dim,"

"siap bang,"

Tanpa banyak diskusi, aku langsung saja naik ke atas motor Dimas. Entah apa yang akan terjadi, pagi-pagi buta aku sudah di beri kejutan dengan kehadiran Dimas di depan rumahku. Aku ingin bertanya tapi enggan. Kembali aku terdiam tanpa ada kata-kata keluar dari mulutku.

"diem-diem aja non,?'

Aku kaget Dimas memanggilku non

"ehh enggak kok,"

"udah sarapan belum?,"

"udah kok Dim,"

"jangan sampe pinsan lagi yahh karna gak sarapan,"

"hehhe iya gak kok,'

Beberapa menit kemudian, kami sampai di gerbang sekolah, aku segera turun dan masuk ke sekolah.

"makasih yan Dim, aku duluan,"

"sama-sama''

Aku segera menaiki anak tangga menuju lanati dua karena di sanalah kelas untuk anak-anak kelas sepuluh. Aku menyusuri setiap kelas demi kelas mencari namaku. Entah aku akan di tempatkan di kelas mana oleh sekolahan ini. Aku terus berjalan hingga langkah kakiku terhenti oleh teriakan seorang remaja yang suaranya tidak asing lagi de telingaku.

"widyaaaaa"

"ehhh kamu Don,"

"kita satu kelas lagi Wid, ungkap dona dengan bahagia,"

"yang benar ah Don,"

"noh liat deh ada nama kamu Widya putrid Affandi,"

Episode 7

Ketika aku  memasuki ruang kelas, oh sungguh tidak ku duga ternyata aku satu kelas dengan Ninggrat Ayu Pradini. Ya dialah siswi baru yang tergila-gila pada Dimas, dia pula yang meminta Dimas untuk bernyayi pada acar perkenalan anggota osis. Aku ketahui dia adalah anak seorang pejabat kaya raya sekecamtan Tanggamus. Sungguh tidak aku duga bisa satu kelas dengannya, karna sudah jelas-jelas dia tidak suka dengan ku karena beberap hal yang tentu saja menyangkut dengan Dimas.

"ehh satu kelas sama putrid keong nih," ledeknya ketika aku ingin memilih tempat duduk

"hahhahahahaaaaa. Cuppu banget deh,"  balas farisa kawannya.

Aku hanya diam tidak merespon ucapannya. Bagitu meladeni orang gila berarti kita sama gilanya dengan dia. Selama dia tidak menggagngu harga diriku aku akan diam namun, aku akan melawan jika sudah keluar batas.

"ehhh maksud lu apa," jawab dona

"owhh jadi ini kawnnya si keong,"

"udah don, yuk kita ke kantin aja,"

Dona tidak terima aku di prmalukan di depan teman baru yang belum kami kenal satui sama lainnya karena hari ini adalah hari pertama masuk kelas sebagai siswi baru. Aku memilih menarik Dona untuki mencari makanan apa saja untuk mengganjal perut karena aku tahu Dona pasti belunm sarapan kerana tidak ada orang tua perempuan yang menyiapkan ia sarapan. Ibunda Dona telah pulang ke pangkuan ilahi numun, itu tidak membuat dia berhenti bersemangt untuk bersekolah.

"uhh kesel deh denger ucapan Ninggrat tadi,"

"udahlah biarin aja."

"jangan diem aja wid, nanti dia ngelunjak,"

"ahhh orang gila kok di ladenin, udah sana buruan pezsen makan ke ibu kantin,"

Dona akhirnya memesan sepiring nasi goring lengkap dengan kerupuk di atasnya. Aku tidak memesan karena setiap pagi ibu menyiapkan sarapan untukku. Tiba-tiba pesan singkat via whatshaps masuk

"widya lagi dimana?'

'lagi di kantin, Kenapa Dim?,"

Ya tentu saja itu pesan singkat dari Dimas, chat terakhirku tidak dia balas, namun tiba-tiba dia datang menghampiriku dan Dona di kantin.

"ehh kk Dimas, ucap dona

"panggil aja Dimas ya!,"

"iya Dim,"

"kamu gak sarapan wid?,"

"aku udah sarapan di rumah,"

"yaudah sambil nunggu kawanmu sarapan, ke taman yuk,"

"ehh tapi donanya ?,''

"udah wid pergi aja gak apa-apa kok selow,"

"yuk," ajak Dimas

Kami berjalanmenyusuri kelas demi kelas menuju taman sekolah yang sejuh, hujau , asri nan nyaman. Suasana pagi ini memang di awali dengan kejadian yang tidak mengasikkan kerena ninggrat. Namun, semua berubah cerah ketika aku bertemu Dimas. Entah kenapa setiap saat aku bersamanya aku merasa jantungku hendak copot dan terasa dunia ini berpihak kepadaku.oh Dimas sungguh banayak sekali energy positif yang aku dapatkan darimu.

"ada apa Dim kok ngajakin aku ke sini?,"

"ya nyari udara segar,"

"emang gak adaguru ya"

"hari pertama sekolah kan bebas,"

"kamu pilih juruusan IPS ya w id,?"

"iya,"

"kenapa,"

"karna aku suka,"

"kalo gak suka"

"ya buat apa di pilih,"

"apapun jurusanmu semoga berprestasi ya karna orang memiliki cara sukses nya masing-masing,"

Aku terdiam mendengar perkataan Dimas, dialah orang pertama yang menyetujui aku mengambil jurusan IPS. Kedua orangtuaku termasuk abangku sendiri tidak setuju jika aku mengambil IPS karena entah mengapa jika seorangyang mengambil IPA di anggap lebih pintar. Untuk apa aku ambil jurusan IPA jika aku harus berpura-pura menguasai jurusan itu. Aku ingin membuktikan bahwa anak IPS  mampu bersaing dengan anak IPA.

"nanti pulang aku anter ya,"

"gak usah kk ngerepotin,"
"santai aja, itung-itung tanda terima kasih untuk ibumu karena telah meminjamiku baju,"

"ini aku balikin pakaian bang Anton.,"

"baju kamu nanti sekalian di rumah aja ya,"

"yasudah balik ke kelas gih, "

"nanti aku tunggu di parkiran ya,"

"oke,"

Meskipun baru beberapa hari dekat dengan Dimas, itu sudahh cukup mebuatku nyaman berada di dekatnya. Tas kkecil yang dia pegang ternyata berisi baju bang anton yang telah ia cuci dengan sungguh haraum. Baju itu aku peluk ketika di perjalanan menuju kelas. Sesampai di kelas ternyata bangku sebanyak 32 telah terisi semuanya. kami  melakukan perkenalan satu persatu karena masih berstatus murid baru. Kami kedatangan seorang guru yang bernama Ni Nengah Wulansari. Diadalah adalah seorang guru biologi yang sekaligus walikelas kami anak kelas X IPS  1. Beliau lulusan dari Universitas terkenal yang ada di Lampung. Aku memanggilnya ibu nengah, ya tentu saja diapun seorang guru yang sangat-sangat lembut yang pernah aku temui.

Tidak terasa, jam pulang sekolah akhirnya tiba. Aku memasukkan bebrapa buku ke dalam tasku yang berwarna orange. Selain buku, baju bang Anton yang Dimas berikan aku masukkan pula ke dalam tas baruku. Tidak lupa sebelum pulang a         ku menelpon banag Anton untuk tidak menjemput karena hari ini aku pulang akan di antar oleh Dimas.

"hallo bang,"

"tunggu ya boah bentar lagi abang otw jemput,"

"gak usah deh bang, aku pulang di antar Dimas,"

"ohh yaudah, hati-hati ya dek,"

"oke boss,"

Kumatikan hp lalu bergegas pergi menuju parkiran untuk menemui Dimas namun, di tengah perjalanan menuju parkiran, aku di hentikan oleh rombongan Ninggrat dan teman teman nya. Ya di situ ada Ninggrat, Farisa, Tia dan juga mega.

"ehh anak culun lewat," ucap dini

"woy sini," ucap farisa dengan menarik tanganku

"lepasin, gue mau pulang,"

"eh gue peringatin ya, jangan lagi lu deket-deket sama calon pacar gue,"ucap dini

Calon pacar yang Ninggrat  maksud tidak lain dan tidak  bukan pasrti Dimas. Aku tidak menjawab ancaman yang di ucapkan Ninggrat, aku lebih baik diam karena aku tidak merasa bersalah di sini. Ketika aku berusaha untuk keluar dari kerumunan mereka berempat, Dimas dari kejauhan datang dan menarik tanganku.

"ehhhhhhhhhhh mau di bawa kemana si keong," cegah ningggrat

"ayo widya, dasar adek kelas tidak tau malu," ucap Dimas.

Kami pergi menuju parkiran dengam sedikit ketegangan yang di tinggalkan. Terlihat sorot mata mereka yang sangat membenciku yang semakin dekat dengan Dimas. Aku tidak mempermasalahkan itu karena itu merupakan sebuah risiko karenaa yang bersamamku ini adalah bintang sekolah.

"kamu tidak apa-apa wid,"

"aku baik-baik aja Dim,"

"jika mereka terus mengganggumu, beri tahu aku ya,"

"oke siap,"

Bebrapa menit kemudian, kami sampai di parkiran dan menghampiri motor biru Dimas.

"ayo naik wid,"

Aku menaiki motor Dimas dan kami melaju dengan cepat menuju rumahklu. Sesampainya di sana kau meminta Dimas untuk masuk kke dalam rumah terlebih dahulu. Ternyata di dalam rumah masih terasa kosong dan belum ada yang pulang.

"kok sepi wid,"

"ibu belum pulang mengajar, bang Anton masih kuliah,"

"ibumu seorang guru wid,"

"iya, jelasnya dia guru sekolah dasar,"

"mamahku juga seorang guru sosiologi di sekolah kita,"

"sebelum kamu bilang, aku sudah tahu,"

"ahhh sok tahu kamu,"

Aku hanya tersenyum dengan memberikan segelas air dingin untuk Dimas.

"tunggu ya Dim, aku ambilkan baju kamu,"

Dengan cepat aku menaiki anak tangga untuk mengambil baju Dimas yang telah ku cuci dengan wangi.

"ini Dim,"


"wahh udah wangi, makasih ya,"

"oke sama-sama,"

"aku lanjut pulang ya,"

"yuk aku antar sampai depan,"

Aku mengangtar Dimas sampai gerbang, ketika dimas akan menyalakan motornya, ibu datang dengan mobil putihnya.

"ehh ada nak Dimas,"

"iya bu sekalian pamit pulang ya,"

"gak mampir dulu?,"\

"udah bu barusan,"

"oh yasudah hati-hati di jalan ya nak,"

Dimas mencium tangan kanan ibu dan ber;pamitan untuk pulang dengan motor besarnya. Aku dan ibu masuk ke dalam rumah dan sesampainya di ruang tamu ibu menanyakan sesuatu.

"hubunganmu dengan Dimas bagaimana?,"

"baik kok bu,"

"maksud ibu kalian berpacaran ya,"

"tidak bu,"

"emhh yasudah berkawanlah dengan baik."

Aku jadi kepikiran dengan perkataan ibu, mungkin ibu mengira kami berdua berpacaran. Namun tentu saja tidak ada kejelasan di antara hubungan kami berdua, biarlah toh kampun baru bersama beberapa hari yang lalu. Aku merasaaneh dengan sikap Dimas yang terdiam jika membahas tentang ayah. Besok aku ingin mencari tahu tentang Dimas.

Episode 8

pagi yang cerah, mentari muali menunjukkan eksistensinya pada dinia. Hari ini dengan penuh semangat aku berseklah di penuhi sejuta pertanyaan akan misteri kehidupan Dimas yang genius. Selaian anak yang pintar, aku ingin mengetahui latar belakang kehidupan Dimas dan apa sebenarnya hal yang membuat dia sedih jika menyinggung tentanh ayah. Ketika jam istirahat pertama, aku menikuti seorang siswi yang bernama "Melati Purnamasari". Dia adalah teman satu kelas Dimas sekaligus sahabat baik Dimas.

"kokn kamu mengikuti saya,"

'ehh iya kk, ada hal yang ingin saya tanyakan,"

"mengenai apa,"

"hal mengenai Dimas,"

Ketika aku berbicara mengenai Dimas, entah mengapa kk melati terdiam.

"ada apa kk,"

"mengapa kamu ingin mengetahuai latar belakang kehidupan Dimas?"

"aku sayang padanya kk,"

Kk melati kembali terdiam.

"jawab kk,"

Jika memang kamu ingin mengetahuinya, besok hari minggu jam Sembilan aku tunggu di Pantai WiasataMuara Indah.

"baik kk,"

Aku pergi meninggalkannya karena sudah ada kepastian mengenai Dimas. Hari ini aku tidak melihat vDimas di sekolah, karena menurut Dona Dimas sedang mengikiti lomba pidato bahasa inggris di Bandar Lampung ibukota provinsi Lampung. Aku cemas karena Dimas pergi tidak memberitahuku. Tiba-tiba sesampainya aku di kelas, pesan singkat masuk.

"selamat siang widya, jangan lupa makan siangnya dan  do'akan aku yang sedang bertanding di sini,"

"selamat bertanding Dimas, do'a ku menyertaimu,"

Aku senang Dimas memberiku kabar akan keberadaanya sekarang. Meskipun keberangkatannya aku tidak mengetahui, aku merasa itu hal yang wajar karena mungkin dia sedang sibuk untuk mengurus segala keperluan selama berada di sana. Dengan datangnya pesan singkat Dimas beberapa detik yang lalu, sudah cujjup meyakinkanku bahwa aku adalah orang yang sepesial di hatinya.

Aku yakin Dimas pati akan membawa pulang juara pertama untuk smansaka tercinta. Kecerdasan Dimas tidak bisa di pungkiri lagi, karena seantero sekolahpun tidak ada yang sanggup menyaingi juara umum tersebut. Selain pintar, dia juga tampan dan menawan dan wajar saja banyak wanita-wanita yang memperebutkan Dimas termasuk Ninggrat. Aku dan Ninggrat tidak pernah sependapat, dia selalu membenciku karena akulah wanita satu-satunya yang dekat dengan Dimas setelah teman-temannya.

"eh ya gua denger-denger Dimas lagi lomba, kita jahili si keong yuk," ucap farisa teman ningggrat

"ide bagus, enaknya di apain ya,"

"kurung aja di toilet hahhhahhha,"

"udah diem-diem si keong dateng,"

 Ketika aku keluar kelas hendak pulang, aku kebelet untuk ke toilet.

"don duluan aja ya aku kebelet pipis,"

"gak di anter wid?,"

"gak deh kamu duluan aja,"

            Aku sangat tidak tahan ingin membuang airkecil, langsung saja aku masuk kedalam toilet dan setelah selesai aku membuka pintu toilet namun terkunci. Aku mencoba berteriak namun tidak ada yang mendengar karena siswa smansaka sudah meninggalkan sekolah semuanya. Dengan rasa panik aku mencoba menelpon orang-orang terdekatku namun lagi-lagi hp ku mati karena kebiasaan malas mengecas hp.

''don kamu tahu widya ada dimana?,"'

"tadi dia pamit hendak ke toilet bang,'' jawab dona.

''kamu sekarang dimana?,''

''aku  sudah di rumah dari 30 menit yang yang lalu bang,''

Begitulah kepanikan bang anton ketika mengetahui aku belum  pulang sekolah dan keberadaanku tidak ada di sekolah. Dengan penuh kebingungan dia terus mencariku dan mencoba menelpon orang-orang terdekatku sampai iapun tidak lupa menelpon Dimas.

"siang Dim?,"

" iya siang bang, ada apa ?,''

"kamu tahu keberadaaan widya?,"

"jam seginikan seharusnya dia sudah pulang buakn?,"

"tapi dia belum pulang dim,"

"dimana dia bang, aku sedang di Bandar Lampung mengikuti kompetisi,''

''yasudah aku lanjut cari widya dulu dim,"

Aku sudah tidak dapat menahan rasa perih yang ada di dalam lambungku. Ternyata   penyakit mag ku kumat dan pintu toilet tidak kunjung terbuka dan tidak ada satupun orang yang dapat membuka pintu. Penglihatanku mulai rabur dan menggelap, sedikit demi sedikit aku tidak dapat melihat apapun dan seluruh badan gemetar serta kaki tidak kuat menopang berat tubuhku lagi. Beberapa menit kemudian, tubuhku sudah tidak dapat berdiri tegak. Aku telah pingsan dalam toilet yang tidak begitu lebar. 

            Bang anton akhirnya dapat menemukannku di dalam toilet dengan keadaan sudah tidak sadarkan diri, dia berupaya untuk membawaku ke rumah sakit terdekat agar aku segera mendapatkan pertolongan medis. Dia membobol pintu toilet bersama satpam sekolahyang berjaga di depan gerbang.

"akhirnya kamu sadarkan diri widya," ucap bang anton

Ketika aku sadarkan diri, di sekelilingku sudah ada bang anton bersama ibu dan juga dona.

"aku dimana bang,"

"kamu di rumah sakit, ada yang menguncimu di toilet dan sudah abang cari siapa orangnya,"

"udah deh bang biarin aja,"

"enak saja, dia sudah membuat kamu hampir mati di dalam toilet masa iya abang diem aj,"

"abang ih jangan,"

"sudah diam kamu boah, kondisimu membaik kita pulang,"

Tiga puluh menit kemudian kami pulang dari rumah sakit karena kondisiku yang sudah membaik dan di perbolehkan dokter untuk segera meninggalkan rumah sakit umum daerah kabupaten tanggamus. Selama di perjalanan, bang anton terus mendumel tentang mereka yang mengurungku di dalam toilet. Sesampai di rumah aku bersama dona bergegas masuk kedalam kamar  untuk segera beristirahat.

"kira-kira siapa ya yang mengunciku di dalam toilet?"

"ah siapa lagi jika bukan ninggrat and the geng,"

"biarlah aku sudah ngantuk don,''

"yasudah kita tidur yuk, kebetulan besok kita libur,"

Aku dan dona beristirat karena malam sudah larut namun, aku tidak kunjung tidur karena terus terpikir dimas. Akhirnya kau mencoba untuk mengabarinya dengan meminjam hp dona. 

"iya don ada apa," jawab dona

"ini aku dim widya,"

"astaga widya kamu dimana, aku terus menelponmu namun tidak kunjung aktif,"

"ceritanya panjang, aku di kurung oleh sekelompok wanita di dalam toilet hingga aku pinsan,"

"bagaimana  keadaanmu sekarang?,"

"aku sudah membaik dan sekarang sudah sampai di rumah karena semptat di rawat di RS,"

"yasudah sekarang kamu istirahat, besok aku jenguk,''

            Betapa senangnya aku mendengar bahwa Dimas akan menjengukku besok. Namu, ada satu hal yang memb uatku berpikir kembali, ya tentang kk melati yang akan menceritakan kehidupan pribadi Dimas. Yah besok pagi jam Sembilan aku ada janji dengan dia di taman wisata muara indah.

            Minggu pagi yang cerah, aku sungguh bersemangat di hari ini aku bergegas untuk mandi dan membuat sarapan untuk ibu, bang anton dan juga Dona. Ketika sarapan telah siap, dona menghampiriku.

"gila wid  baru jam enem sarapan sudah jadi,"

"iya dong,''

Rupanya bang anton belum bangun dari tidurnya. Aku sarapan berdua saja bersama dona karena ibu belum juga kunjung selesai menggantung pakain. Dengan lahapnya aku sarapan dengan nasi goring kesukaan ayah. Yah aku dengar hari ini ayah pulang dari dinas luar kotanya. Setelah selesai sarapan, dona membantuku  untuk merapihkan segala urusan rumah.

Episode 10.

Jam dinding menunjukkan pukul  delapan pagi, aku bergegas  untuk segera pergi mengantar Dona pulang menggunakan sepeda motor metic berwarna merah pemberian ayah. Karena rumah dona tidak begitu jauh, cukup 15 menit saja aku telah sampai di rumahnya.

"masuk dulu yaw id,"

"gak deh don aku langsung saja ya ada urusuan lagi,"

"yasudah hati-hati ya,"

Aku langsung melaju meninggalkan rumah dona iuntuk segera sampai di taman wisata muara indah menemui kk melati. Jam tanganku menunjukkan pukul Sembilan kurang lima menit, aku memarkirkan motor dan duduk menunggu kedatangan kk melati. Tidak lama kemudia datanglajh dia dengan melambaikan tangnnya.

 " hay widya,"

"hay kak,"

Kami berdua duduk di sebah bangku yang cukup nyamanserta rindang oleh berbagai macam tananam.

"apa yang ingin kamu ketahui tentang kehidupan Dimas?," tanya kk melati

"sampapi sekrang aku heran dengan sikapnya yang tidak jelas,"

"maksudmu?,"

"kadang dia sangat perhatian kepadaku, kadangh pulang sangat cuekdan kami sudah dekat lama naming tidak kunjung dia menyatakan perasaanya,"

"dia telah mengalami bebrapa hal besar dalam hidipnya,"

"maksudnya kk?,"

"dia adalah seorang anak yang  broken home, ayahnya seorang pelayar ternama di abupaten ini dan ibunya hanyalah seorang guru PNS, ayahnya tidak sanggup setia akhirnya berpisah dan dimas terkena dampaknya,"

"selain iyu?,''

"dahulu dia memiliki seorang kekasih yang sangat cantikbernama Laras, namun dia harus sekolah ke luar negri ketika keadaan keluarga sedang hancur ketika dimas sedang membutuhkan Laras.

Mendengar perkataan kk melati, hatiku hancur. Jadi sampai sekrang ADimas masih belum bisa melupakan Laras. Itulahj kesimpulannku itulah yang ada dalam benakku ketika mendengar penjelasan kk melati.

"sejak kecil Dimas memang anak yang cerdas namun setelah perceraian kedua orang tuanya, dia semakin cerdas dan menjadi,"

"lalu bagaimana dengan Laras?,"
"setahuku, setelah dia bertemu denganmu, dia sudah mulai bisa melupakan laras,"

"mengapa begitu?,''

"kamu adalah satu-satunya wanita yang memiliki kemiripan dengan laras,"

"jadi Dimas suka kepadaku karena aku mirip dengan Laras saja kk?,''

"munggkin itu salah satunya, tapi aku yakin Dimas adalahanak yang baik nan cerdas jadi dia tidak mungkin mempermainnkan hati wanita dan diapun  begitu menyayangi mamahnya,"

"baik terima kasibh aytas infonya kk,"

"yasudah kk pulang duluan widya,"

"baik kk hati-hati"

"oke,"

Tidak lama kemudian akupun pulang dengan beribu pertanyaan seputar Dimas. entah apa yang ada di pikiran Diimas tentangku. Apakah dia mencintaiku hanya karena wajahku yang mirip dengan Laras dan apakah hanya kasihan denganku ah aku tidak kunjung berhenti memikirkan itu.

"setiba aku di rumah ternyata  sudah ada Dimas bersama bang Anton di ruang tamu,"

"ahh boah dari mana saja kamu,"

"nganter Dona bang,"

"kok asem gitu sih mukanya, ini ada  Dimas lho,"

Aku biasa saja melihat keberadaan Dimas hari ini, karena hal tadi yang terus mengganggu pikiranku.

"yasudah abang tinggal ya dim,''

"iya bang,"

Ketika bang Anton meninggalkan ruang tamu, akhirnya aku mencobauntuk bersikap seperti biasa dan mencoba menghilangkan segala pikiran negatif yang terus menggerogotiku. Karena bagaimanapun aku sangat mencintai Dimas dan tidak ingin membuat kedatangannya kecewa hari ini.

"kok diem aja wid ada apa?"

"gak ada apa-apa kok aku Cuma kecapean aja,"

"ini ada sedikit oleh-oleh dari Bandar Lampung untukmu,"

"terimaklasih, kapan kamu sampai?,"

"iya, aku sampai jam Sembilan pagi tadi,"

"juara?,''

"alhamdililah juara,"

Mendengar Dimas juara, aku tidak bisa lagi menutupi kegembiraanku.

"wahhh serius dim,"

"iya serius,"

"wah makan-makan dong,"

"yasudah kita makan iwan galau yuk,"

"wahhh dengn senang hati,"

Itulah sifatku yang begitu antusias dan tidak bisa untu menahan kesal berlarut-larut. Kami akhirnya pergi menuju tempat makan kegemaran dimas sekaligus tempat kegemaranku. Dengan berpamitan kepada ibu yang sedang menyetrka, kami melaju dengan tidak mmebutuhkan waktu yang terlalu lama. Cukup lima belas menit aku danDimas telah tiba di tempat iwan galau.

Satu yang tidak aku suka ketika  makan di sini, yaitu ketika mengantri di antara puluhan orang yang ingin menikmati sedapnya rasa iwan galau beserta kuahnya yang khas rempah masyarakat Lampung. Namun kami duduk untuk menunggu pesanan datang. Tiba-tiba Dimas mengeluarkan setangkai mawar merah kesukaanku dari dalam tasnya.

"Widya Putri Affandi, mulai detik menit jam dan hari ini serta di saksikan puluhan pasang matang di tempat kegemaranku makan bersamamu, maukah kamu mejadi kekasiku sekaligus calon istriku kelak,"

Aku terdiam entah apa yang telah di ucapkan Dimas yang membuatperhatian banyak orang.

"jangan becanda Dim malu,"

"lihat kedua bola mataku apakah aku bercanda,"

Tiba tiba terdengar bebrapa orang berteriak

"trima,trima,trima,"

"trima aja mba,"

"iya mba trima,"

"klo gak mau buat saya mba,"

"trima, trima, trima,"

"jika kamu terima ambil bunga ini dan jika tidak tinggalkan aku di sini,"

Dengan tangan yang gemetaraku mencoba untuk mengambil bunga tersebut dari tanagn dimas. Ketika bunga telah ku gapai dan  genggam, tepuk tangan menghiasi  hari jadianku bersama Dimas. Spontan saja Dimas memelukku dan ada saja satu dua orang yang mengabadikaknya. Lebih parahnya mereka membuat snep di media sosioal.

Hari minggu yang sangat indah, akhirnya kami berdua pulang. Aku pulang bersama Dimas dan setelah dia mengantarku pulang, dia langsung saja berpamitan. Lengkap sudah kebahagianku hari ini Karena mendengar ayah juga pulang hari ini dan sedang di jemput oleh bang anton di bandara Brantoi Bandar Lampung. Sekitar pukul lima sore, ayah sampai ke rumah dengan mengenakan baju loreng kebanggannya.

"ayahhhh widya rindu,"

Begitulah aku yang sangat dekat dengan ayah langsung saja memeluknya hingga menangis,"

"jangan nangis ah kan udah SMA,"

"biarin aja kan aku rindu ayah,"

"yasudah masuk rumah dulu yuk,"

Ternyata ibu telah memasak cukup banyak ketika aku pergi tadi. Kedatangan ayah kami sambut dengan hangat dan di akhiri dengan makan sore bersama. Di meja makan tidak kalah rame, bang Anton terus saja membantaliku.

"yah sekarang Boah telah punya pacar lho,"

"lah bang jangan sok tahu,"

"apa yang tidak abangmu tahu tentang adinya,"

"wah siapa pacarnya Ton,"

"ituloh yah, Dimas anak nya om Dermawal pelayar terkenal dari  kabupaten tanggamus,"

"sahabat ayah itumah Ton,"

"hahhhahaaaaaaa iya iyah birkan saja,"

"selagi tidak macam-macam dan tidak mengganggu sekolah ayah izinkan kamu pacran Boah namun jangan kecewakan kelurga,"

Aku hanya diam mendengar perkataan ayah. Entah yang pasti aku hari ini bahagia.

Malam semakin larut, aku mecoba untuk tidur nsmun teringat bungkusanoleh-oleh dari dimas tadi siangg. Aku mecoba membukanya untuk mengetahuai apakah isi sebenarnya. Ternyata, bungkudsan coklat tersebuat berisi sebuah novel romantisme yang sedang aku cari-cari. Memang tidak mudah untuk mendapatkan novel terbaru di kabupatenku.  Yang lebih mengagetkan, ada beberapa ucapan dalam novel tersebut.

"teruntuk widya putri affandi yang aku sayangi, jaga baik-baik jngn lupa di baca,"

Ttd:M.D.S

betapa aku menyayangi buku ini seperti aku meyanyakinya. Akan ku jaga buku ini seperti dia menjagaku. Terimakasi Dimas atas segala kebahaian serta warna baru dalam hidupku. Biarlah cerita kehidupanmu menjadi ceritaku juga. n

 

 

 

               

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun