"hari pertama sekolah kan bebas,"
"kamu pilih juruusan IPS ya w id,?"
"iya,"
"kenapa,"
"karna aku suka,"
"kalo gak suka"
"ya buat apa di pilih,"
"apapun jurusanmu semoga berprestasi ya karna orang memiliki cara sukses nya masing-masing,"
Aku terdiam mendengar perkataan Dimas, dialah orang pertama yang menyetujui aku mengambil jurusan IPS. Kedua orangtuaku termasuk abangku sendiri tidak setuju jika aku mengambil IPS karena entah mengapa jika seorangyang mengambil IPA di anggap lebih pintar. Untuk apa aku ambil jurusan IPA jika aku harus berpura-pura menguasai jurusan itu. Aku ingin membuktikan bahwa anak IPS Â mampu bersaing dengan anak IPA.
"nanti pulang aku anter ya,"
"gak usah kk ngerepotin,"
"santai aja, itung-itung tanda terima kasih untuk ibumu karena telah meminjamiku baju,"