"bagaimana kau mengenaliku?,"
"hahahhahahahah," mereka bertiga tertawa lepas kepada ku
"itu," tunjuknya kepada nameteks yang berfungsi sebagai identitask
"sendirian aja nihh," goda salah seorang pemuda
"boleh gak abang anterin pulang, abang bawa vixion lho,"
"jangan diem aja dong, mendingan ukamu kenalin aku Abiyatul Iman biasa di panggil Abi, siswa baru sama seperti mu,"
Yahh itulah Abiyatul Iman, siswa baru di SMANSAKA sama sepertiku. Dia memang berparas tampan, bertubuh tinggi dan putih serta mata yang sipit khas masyarat Lampung. Namun sikap nya yang tidak sopan kepadaku membuat aku tidak suka kepadanya mulai dari pertama bertemu. Â Aku tidak menanggapi ucapan mereka dan memilih untuk diam saja. Aku gelisah menunggu bang Anton yang tidak kunjung datang menjemputku.
Tiba-tiba Dimas datang menghampiriku dengan motor besarnya yang berwarna biru.
"kalian belum resmi ya adik-adik jadi siswa di sini, jangan betingkah oke," ucap dimas kepada tiga orang siswa yang mengganggu ku
"kami hanya ingin berkenalan apa salahnya," jawab abi
"berkenalan boleh, tapi layaknya seorang pelajar kan bisa ,"