''tau tuh bang anton reseh banget,'' jawabku sambil melirik bang anton dengan nada yang kesal
Tidak bisa di bohongi, ketika makan malam tadi aku memang sedang memikirkan Dimas,  aku ingin segera mendengar suaranya meskipun hanya lewat telpon. Tebakan bang anton memang selalu benar, dia selalu mengetahui apa yang aku pikirkan,  mungkin karena kedekatan kami yang terbilang sangat akrab untuk kakak beradik. ketika makan malam usai, aku bergegas untuk pergi ke kamar menunggu waktu sholat isya tiba. Setelah selesai sholat isya, aku melihat layar hanphone berharap Dimas menelponku namun, Dimas  belum juga menelponku. Sepuluh menit berlalau ketika aku sedang asik membaca novel, tiba-tiba ponselku bordering dengan nomor baru yang tidak aku kenali.
''assalamualaikum, dengan Widya Putri  affandi,'' sapa suara yang sangat asing di telingaku.
''waalaikumsalam, iya dengan saya sendiri,'' jawabku ragu
''hay Widya, ini saya Muhammad Dimas sudirman,'' jawabnya lembut.
''ii iyaaaa,kak dimas  ini saya  widya panggil aja widya,'' jawabku gugup.
'' kok gugup widya?,"' Tanya Dimas  dengan nada tertawa
''enggapapa kak , aku cuma kaget aja  ada cowok nelpon aku  malem-malem begini,'' jawabku jujur
''jangan panggil kakak, panggil aja Dimas,'' jawabnya santai.
''iya  Dimas'' jawabku dengan nada yang lebih tenang
''iyah widya, Â maaf ya aku baru nelpon, tadi aku ngerjain tugas sekolah dulu,'' jawab Dimas menjelaskan.