“Kenapa sih bisa batuk-batuk gini?” tanyanya prihatin. Tawaku meledak lagi, bikin aku batuk-batuk lagi. Setelah batukku reda, kuulangi kata-kata mas Erwin soal Ninik dan jambu-jambu di halaman belakang rumah Ninik di Jogja sana. Mas Yusa tertawa, menggeleng-geleng
“mas Erwin lucu banget deh, mas!” kataku. “aku sukaaaa banget sama dia!”
Mas Yusa mengerdipkan sebelah matanya. “suka sih boleh-boleh aja, tapi tolong jangan sampai naksir yaa!” kata kakakku sambil nyengir.
“mas Erwin udah punya pacar, ya?” sahutku segera, merasa agak kecewa.
“Wah, kalau soal pacar sih jangan ditanya! Dia jagonya!” jawab mas Yusa.
“yang naksir Erwin banyak banget, cantik-cantik, mungkin karena bingung milih yang mana, dia akhirnya pacaran sama nyaris semuanya!” bisik mas Yusa, lalu tertawa. “coba Tanya sendiri sama dia kalau kamu nggak percaya!” lanjut kakakku sambil menowel pipiku.
“serius nih? Mas serius? Yang barusan mas bilang itu beneran?” cecarku.
Mas Yusa menepuk jidatnya, berlagak habis kejatuhan segunung kesialan.”Aduh, aku jadi nyesel deh bawa dia pulang!” serunya. “kalau tahu kamu bakal ikut naksir dia juga kayak cewek-cewek di Jogja…. Nggak bakal Erwin kuajak kesini!”
“eh, jangan main fitnah ya! Siapa yang naksir?” protesku buru-buru.
“nah, kalau nggak naksir…. Buat apa Tanya-tanya terus?”
“kan mas duluan yang ngajakin ngegosip!” seruku sebal. “eh, tapi bener nggak sih cerita mas barusan? Memangnya pacar mas Erwin sampai berapa orang sih?” lanjutku, kali ini sengaja berbisik.