Mohon tunggu...
SofialWidad
SofialWidad Mohon Tunggu... Penulis - Latahzan innalloha ma'ana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Instagram : _sofialwidad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Titik Rata-Rata

29 Maret 2021   12:13 Diperbarui: 30 Maret 2021   08:38 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 Allah. Aku menyadari banyak hal aku yang tak sempurna, aku yang banyak dosa, aku yang penuh kesalahan.tapi dari semua hal itu, aku adalah manusia yang sama yang memiliki mimpi untuk membuat senyum diwajah yang tak lagi muda yaitu orangtuaku. Allah, aku pun juga tau takdir-Mu takkan bisa dirubah olehku. Bisakah 1 saja doaku Engkau Kabul yaitu bahagiakanlah kedua orangtuaku seumur hidupnya hilangkan beban dan kesedihan dalam fikiran dan hatinya.

 Menunggu serasa hal biasa untukku tidak lagi berat, tidak lagi membuat lelah. Dari ini semua aku belajar dengan menunggu kesabaran datang sendiri dalam diri.

REMEMBER

Hai April. Masa yang penuh dengan cerita dan derita, entah apa yang dirahasiakan semesta untuk dijadikan pembelajaran. Hanya saja diri ini telah berada dititik jenuh dimana ingin melakukan apa-apa, tapi apa?. Pasrah adalah kata yang salah, lebih tepatnya bersyukur banyak-banyaklah bersyukur dan solusi untuk mengatasi semuanya adalah diam. Saat ini hanya diam biarlah semesta yang memutuskan dan biarlah semesta yang bekerja. Ingatanku memaksaku untuk berkata bahwa terkadang kita memaafkan seseorang, bukan karena kamu telah menerima apa yang telah terjadi entah kesalahan atau hal apapun. Tapi, karena kita tak ingin hal-hal itu mengusik hidupmu kedepannya. Dan diriku terus berkata “ya Allah. Sabar dan tegarkan hatiku untuk melihat kenyataan hidup yang tak sesuai dengan apa-apa yang aku harapkan.”kulihat semua orang pikiran inipun datang (ketika seseorang cukup kuat untuk membuatmu terjatuh, kamu harus tunjukkan padanya bahwa kamu juga cukup kuat untuk bisa bangkit dan lebih kuat) hanya saja mereka terlalu jahat telah menyakitiku dengan ucapan dan perbuatan mereka. Dan aku merasa sedih, kenapa mereka harus seperti itu kepadaku padahal Allah menempatkan aku sama dengan mereka, Tidak di tempat tinggi ataupun di tempat rendah melainkan sama dengan mereka.

Seketika itu kulihat langit diatas kepalaku dan ku bersyukur karena aku masih berada di bawah langit yang sama, sama dengan hari kemarin ketika aku melawati hari-hari ketika aku merasa bahagia. Ketika waktu berjalan dengan cepat dan berlalu aku merasa diriku akan sendiri di dunia yang sangat luas ini padahal aku tau jangan pernah merasa dirimu sendiri dalam hidup ini, karena selalu ada yang peduli. Yang akan selalu menyebutkan bait namamu di setiap doanya.

Selamat datang Juli, kesan pertama yang kudapat tidaklah menandakan rasa bahagia. Bagaimana bisa seorang manusia yang diciptakan sama memiliki penilaian rendah maupun tinggi terhadap sesamanya? Padahal Tuhan yang diyakini satu dan sama-sama memiliki kesempatan sama antara hidup dan mati serta jodoh dan rezeki. Jangan pernah menyianyiakan orang lain karena kekurangan yang ia miliki. Karena, dunia dan yang ada didalamnya hanya bersifat sementara. Semuanya hanya titipan dari Allah satu-satunya Tuhan semesta alam yang bisa menariknya kapan saja.

Ingatlah fase ini. Fase dimana manusia menilai rendah, tinggi atas sesamanya, buatlah pembelajaran bahwa semuanya hanya sekedar titipan untuk apa dibanggakan dan disombongkan. Faseku ini adalah fase dimana semua orang memandang keluargaku rendahan, penuh dengan ujian, penuh dengan penderitaan dan kekurangan serta penuh kesusahan bahkan kemelaratan, dimana tekanan datang dari luar maupun dari dalam keluarga sendiri. Bersikap Diam, Cukup membuat redaman atas emosi yang ditimbulkan dari keinginan untuk membalas semua tindakan yang setiap waktu datang hanya sekedar menggugurkan sabar-sabar yang terpaut dalam hati. Kuatlah bagi kamu yang sedang atau pernah melewati posisi ini. Bunuh diri bukanlah solusi, frustasi dan stress memang hal biasa terjadi dalam kehidupan manusia. Berdoalah, Allah selalu mendengarkan doamu apapun isi doamu Allah selalu menerimanya dan selalu sudi mendengarkannya. Asal jangan pernah duakan Dia.

Ingatan yang tidak pernah memudar bahkan membawa segala hal yang seharusnya dihapus dengan waktu yang ikut berlalu. Tapi, dengan cara itu Tuhan menyiapkan segalanya dengan indah pembelajaran yang dapat diambil dari setiap kejadian yang hadir dalam hidup. Manusia hanya bisa belajar dan mengambil hal-hal yang indah dan cantik dari setiap kejadian, “Tuhan hadirkan suatu hal tanpa sia-sia. Bersyukurlah karena Tuhan masih cinta.”

Sesuatu hal yang diusahakan sedemikian kerasnya agar bisa berhasil menjadi nyata ternyata tidak akan pernah menghasilkan pengharapan yang sedemikian rupa. Hari ini diri ini mengerti darimana, bagaimana proses pembentukan ide dari teori kehidupan. Ternyata kehidupan hanya membawa penderitaan dari segala yang datang dan hal itu akan berlalu dan pergi pada waktunya. Aku ingin meluapkan segala keluh resah tentang cerita di keseharianku yang akhir-akhir ini hanya ku habiskan dengan berdiam diri tanpa melakukan apa-apa. Seolah, Allah tidak ingin lagi berperan dalam kehidupanku. Ketika diamku seperti ini banyak pertanyaan yang menyelinap masuk kedalam pikiranku tentang Allah tentang kehidupan dan segala harapan yang sirna serta rencana yang berjalan tidak sesuai mauku, apa aku yang terlalu egois dan terlalu merencanakan hal-hal yang aku inginkan bahkan tidak berpikir apa yang sebenarnya Allah inginkan dan rencanakan.

Hanya bisa pasrah dan ikhlas apapun yang akan terjadi terserah bagaimana semesta mengambil keputusan akan hal itu. Sesabar apapun diri ini hanya bisa berdiam diri bahkan diri ini tak bergerak sama sekali, “Allah…. Harus bagaimana aku?” tanyaku pada diri sendiri. Bagaikan terpojok tidak menemukan jalan keluar gagal akan semua yang direncanakan, sesaat aku menyerah terduduk terdiam berpikir apa yang sebenarnya terjadi hari ini? Aku hanya bisa diam tidak memberi tanggapan akan semua hal terjadi. Mungkin ini baik, diam saja tidak usah berkata ataupun berpendapat. Orang-orang sekitar hanya bisa bertanya dan memberi komentar tanpa berpikir yang dilakukan mereka benar atau salah, segala keluh kesah pikirku tak memberi dampak akan segala hal yang terjadi bahkan tak memberikan jalan keluar akan hal itu. Baru tersadar, bukannya diri ini dari dulu memang diabaikan? Bukannya diri ini dari dulu menjadi prioritas nomor sekian? Bukannya dari dulu diri ini memang terbawahkan? Dan bukannya dari dulu diri ini memang tidak di khususkan?. Lalu mengapa diri ini harus selalu Nampak baik, tidak lemah, selalu tersenyum, bahkan membantu disetiap kebutuhan orang lain.

Aku menyerah. Bahkan ketika aku menyerahpun aku tetap sendiri tidak ada satu orangpun yang merangkulku atau memberikan dukungan untuk tetap semangat, lalu untuk apa aku memikirkan orang lain bahkan diriku sendiri saat ini membutuhkan dukungan diri ini. Ternyata benar, kebahagiaan tidak dihasilkan orang lain melainkan berasal dari diri sendiri. Tak perlu berusaha selalu ada untuk orang lain jika diri sendiri sedang tidak baik-baik saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun