Mohon tunggu...
SofialWidad
SofialWidad Mohon Tunggu... Penulis - Latahzan innalloha ma'ana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Instagram : _sofialwidad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Titik Rata-Rata

29 Maret 2021   12:13 Diperbarui: 30 Maret 2021   08:38 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 Aku mencintaimu tanpa sambat, seperti halnya kopi yang tak pernah berdebat. Perihal ia dinikmati dalam dingin atau hangat. (Kopi) tapi setiap teman-teman ajak ngopi aku selalu memesan susu hangat atau es susu hehe

 Jika gagal menjadi yang terbaik dimata orang yang kau cintai, cukup jadi yang terbaik dimata Sang Maha Cinta saja itu sudah lebih dari cukup. (Cukup)

 Semua orang pasti pernah jatuh, tapi semua orang belum tentu pernah bangkit. Tentang aku yang mampu bangkit dari jatuh ku, hal itu laksana sebuah sujud. Terjatuh bukan karena hina dan lemah, tetapi terjatuh karena mengerti Tuhan akan memberi yang jauh lenih baik lagi. (Mengerti)

 Titip salam untuk semua yang meninggalkanmu. Bilang pada mereka, terima kasih telah pergi dan melepaskanmu. Cara mereka pergi dan meninggalkanmu itu, ternyata menjadi awal bagiku berhenti dari segala pencarian dan pelarian panjangku. (Arigato)

 Aku tidak memintamu bertahan, tapi aku memintamu “berTuhan” sebab, apalah artinya kamu datang padaku jika Tuhanmu sendiri kamu tinggalkan. (BerTuhan)

 Jatuh cinta tidak pernah salah memilih hati untuk dicintai, jatuh cinta hanya terkadang salah memilih waktu untuk jatuh (Waktu)

Dan jika aku punya kesempatan untuk berbicara sekali saja. Aku hanya akan mengatakan “terima kasih” karena telah menyelamatkanku dari harapan untuk dicintai, dan telah memberiku sedikit pengalaman untuk dimiliki. (Kembali)

Bagiku, kau itu yang ku raih namun tak bisa ku genggam. Yang kutemukan namun tak pernah aku dapatkan, yang ku yakini bahagia namun tak mampu berjalan bersama. Yang sama-sama jatuh cinta, namun yang sama-sama tak bisa berbuat apa-apa. Yang saling berdoa namun tak sanggup untuk meminta. (Bagiku)

Dibelakang semua nasehat rindu yang mereka tanyakan kepadaku. Ada aku, yang tak pernah sedikitpun berhasil menasehati agar aku bisa berhenti “merindukanmu” (Nasehatku) dulu

Bahuku yang menopangmu ketika kamu terjatuh, tapi tangan dia yang kamu genggam ketika kamu mampu berdiri (Sudahlah)

Siapapun yang mencintaimu dengan benar pasti akan mengenal hatimu dengan baik, seolah hati itu miliknya sendiri (Hatimu) Naluri sebuah keikhlasan cinta 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun