Mohon tunggu...
SofialWidad
SofialWidad Mohon Tunggu... Penulis - Latahzan innalloha ma'ana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Instagram : _sofialwidad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Titik Rata-Rata

29 Maret 2021   12:13 Diperbarui: 30 Maret 2021   08:38 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“hengak bhing jhek jhen ojhenan mik mule sake’.” “hu bhing mak jhen ojhennan, pasa’mik bhettal pasanah”.”tak eghighirih apah ben ibu’en jhek jhen ojhenan.?” Kita tak peduli dengan semua teguran itu, bersama-sama menikmati anugerah mulia, melewati bulan agung penuh rahmat dengan bermain air hujan, dan terawihpun bersama. Satu kesempatan yang sangat di tunggu, berjanji saling membawa cemilan dalam kantong rahasia. Yang kita santap diam-diam saat ceramah H.Hapet di mulai.. agar tak ketahuan kunyahannya oleh orang-orang di syaf kanan-kiri, aku tersenyum geli mengingat semua itu. Aku dan Syafira telah sampai di sebuah toko yang menjual beraneka ragam kerajinan tangan khas Bondowoso. “wah bagus sekali gelangnya.” Syafira terpana dengan salah satu aksesoris indah yang dipegangnya “weh iya-iya kamu mau beli ini, biar aku yang belikan kan udah lama aku tidak mentraktirmu Sya..!!” “iya kita beli yang sama ya” “iya-iya” aku tersenyum, dan membeli beberapa cindera mata buat sebagai kenang-kenangan saat aku kembali ke Jogja nanti. Sejujurnya aku tak pernah ingin kembali kesana tapi bagaimana dengan sekolahku dan teman-temanku berbicara disana, yah entahlah, waktu yang akan menjawabnya nanti.

……………………………………••••••••••…………………………

Berminggu-minggu aku jalani dengan suka cita bersama sahabatku Syafira bahagianya punya teman yang baik dan setia kawan sepertinya pada hari minggu terakhir bulan ramadhan tak terasa telah semakin dekat malam lailatul Qadar malam yang begitu dinanti-nanti dan diharapkan oleh semua orang. Andai saja lailatul Qadar bisa aku dapat betapa beruntungnya aku, tapi aku mengingat semua dosaku yang numpuk bagaikan buih-buih dilautan huft. “capek, kapan adzan ya (pengen cepet buka).” Keluhku sehabis lari pagi, keliling komplek bersama teman akrab dan sahabatku Syafira, hemh aneh banget puasa-puasa begini lari pagi capeknya sampai tingkat maksimum malah sepertinya melebihi batas hehe.. celotehku. Sudah dari tadi aku duduk di depan TV sambil menunggu adzan maghrib tiba menyapa.

Dan berulang kali aku bertanya “ibuk masih lama ya, buka puasanya.?” Tanyaku lelah seperti orang yang kehabisan tenaga, “hemh kamu ini Azka seperti anak kecil baru belajar puasa, ya belum lah ini kan masih sing belum sore.!!!” Jawab ibuksambil tersenyum lelucon, beberapa menit kemudian aku bertanya lagi “buk berapa menit lagi.? Perutku udah gaduh ni pengen diisi, kok gak seperti biasanya ya puasa gak semangat gini.?” “walah dok kamu ini sebentar lagi beduk, salahnya sendiri lari pagi sampai keliling komplek.” Jawab ibuk kewalahan, selang beberapa menit kemudian dan kemudaian, kemudian lagi..

Adzan maghribpun berkumandang juga akhirnya, begitu indah dan aku serasa sangat bahagia dan tak lupa bersemangat untuk berbuka puasa, aku memakan dengan lahapnya seakan itulah masakan terakhir yang pernah ada. Setelah berbuka aku sadar apa yang aku alami hari ini adalah salah satu nikmat dari bulan suci ramadhan. Indahnya ya Allah semoga aku bisa bertemu dan bercengkram dengan bulan sucimu ya Allah amin (pintaku dalam hati).

Beberapa hari berlalu seakan terasa begitu cepatnya ramadhan bergegas meninggalkan peraduannya di bulan in, rasa sesak di dada dan rasa haru yang aku rasa,serasa tak rela melepaskan dan meniadakan ramadhan , baru kemarin aku datang ke  Bondowoso untuk ramadhan bersama sanak saudara. Besok lusa harus kembali ke kota yang penuh sejarah, Jogjakarta untuk melakoni satatusku sebagai siswa SMA kelas dua dengan hari-hari yang normal dan aku akan sangat rindu dengan hari-hari yang kujalani bersama sahabatku disini Syafira , Safwan dan banyak lagi.

………………………………••••••••••……………………………………

Malam idul fitri pun tiba aku menangis terharu mendengar gema takbir yang mengalun indah serta syahdu bersama datangnya episode kehidupan yang baru dari pengeras suara serta orang-orang yang mengadakan takbir bersama di jalan raya dekat rumah, suara yang begitu syahdu membuat hati yang mendengar ikut talu dalam kemenangan yang telah di persiapkan bagi Allah untuj hamba yang sholeh dan takwa. “Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar laa ila haillallahu allahuakbar…….” Suara yang seakan mengajak hati untuk berharu , malam itu adalah malam tarakhirku bersama nenek dan kakek ketika aku dulu bersamanya di depan teras sambil melihat kembang api yang indah, aku tak lupa dengan kata kakek kepadaku”cu’ jangan pernah kamu menangis ketika nenek dan kakekmu pergi nanti.” Kakek sedikit berbisik, seingatku itulah yang kutau ketika waktu itu aku masih tak mengerti akan kepergian dan arti sebuah perpisahan selamanya. Dan itulah yang sangat terkesan dalam kenangan indah disini.

Tapi sekarang kakek dan nenek yang biasanya dimalam takbiran ini ada bersamaku bercanda tawa denganku sekarang taadalagi , aku kangen sosok itu sosok yang penuh wibawa teduh pandangannya sekarang hanya bisa menyaksikanku diantara bintang yang paling terang dilangit, aku berharap Allah menurunkan keajaiban dan mengambalikan kakek dan nenekku bersamaku disini yang sendiri terpaku merenungi kenangan yang merajut dalam sebuah dilemma hati.

Paginya aku nyekar ke makam kakek dan nenek sebelum sholat ied pagi-pagi sekali, aku bawakan bunga dan parfum khas kakek dan nenek semasa hidupnya aku berkata liri, “kakek,nenek serasa kemarin Azka digendong kakek dan nenek di bangga-banggakan sebagai cucu kesayangan tapi sekarang kakek dan nenek taadalagi, Azka sendirian nek, yang dulunya Azka bawakan apel iris buat kakek nenek sekarang dengan hati yang tak percaya Azka bawakan bunga buat makam kakek dan nenek..” dengan lirih ku bacakan ayatdemi ayat dan berdo’a agar kakek dan nenek tenang di sana.setelah selesai kami pulang untuk melaksanakan sholat ied bersama di masjid, di masjid sholat pun dilaksanakan dengan hikmah aku bersama Syafira di shaf ke-2 shaf untuk perempuan.

Selesai sholat kami bersalaman dan berpelukan erat serasa aku tak mau kembali ke Jogja aku ingin bersama Syafira disini sahabat terbaikku, tapi apalah dayaku. Aku terdiam memandangi sejadah merahku, ada rasa sedih, bahagia yang menggelayuti setiap sisi hati, ini idul fitri detik-demi detik kembalinya aku ke dunia normalku di Jogjakarta. Aku menjelajah waktuku dulu disaat ramadhan tahun lalu berakhir, sayangnya nanti tak kudapati lagi kesempatan mencicipi semalampun kebersamaan iktikaf bersama teman-teman serta sahabat karena sekarang masa planet remaja yang memaksaku untuk berperilaku yang seharusnya bukan masa kanak-kanak dan masa labil, tapi batinku menolak untuk menjadi remaja dan dewasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun