Mohon tunggu...
SofialWidad
SofialWidad Mohon Tunggu... Penulis - Latahzan innalloha ma'ana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Instagram : _sofialwidad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Titik Rata-Rata

29 Maret 2021   12:13 Diperbarui: 30 Maret 2021   08:38 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mas Erwin menoleh, memandangku dengan tatapan aneh. “gitu, ya? Menurutmu banyak lading sayuran dan sawah dengan bagus? Nggak terpikir ya sama kamu bahwa banyak lading sayuran sama dengan berkurangnya pepohonan, sama dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya tanah longsor plus bolongnya ozon?” tanyanya. “coba piker lagi, Alit. Coba piker…. Dan kurasa kamu akan paham kenapa melihat lading kol dan tembakau atau apa pun yang cantik di atas sana itu nggak bikin aku senang tapi justru cemas!” lanjutnya, setiap kata yang diucap mas Erwin terasa berbeda nadanya dari yang biasa digunakannya padaku. Kalau biasanya lembut atau-kalau lagi kumat-jail…. Kali ini nadanya serius. Hampir-hampir sinis.

“oh…..” aku terperangah saat menyadari kebenaran yang terkandung dalam kata-kata mas Erwin. “tadinya aku nggak mikir ke arah itu, tapi sekarang….. oh, masnya Allah…”

Mas Erwin mengangguk dan tersenyum. Senyum pahit. “aku senang kamu ngerti.” Gumamnya. “akadang aku pingin ngamuk melihat hal se……”

Seruan mas Yusa menghentikan kata-kata mas Erwin. Kakakku melambai kea rah kami, meminta kami memotret mereka. Mas Erwin bangkit dan aku mengekorinya berjalan mendekati kakakku.

Jeprat-jepret sambil saling ledek seperti biasa.

“kakanda, mohon izinkan hamba yang hina berfoto bedua dengan adinda Alita,” kata mas Erwin pada mas Yusa. Kata-katanya yang kocak bikin tawa kami meledak….. membuat pipiku terasa terbakar. “ini tindakan berjaga-jaga. Lumayan buat investasi. Kalau kapan-kapan Alita jadi seleb, kan aku jadi bisa ikut numpang ngetop dan numpang makmur dengan menjual foto kita pada wartawan. Ide bagus, kan?”

“aku nggak bakal jadi seleb,” sahutku tersipu-sipu, saat mas Erwin dan aku berpose untuk difoto. “Nggak ada bakat dan sama sekali nggak pingin jadi artis,” lanjutku.

“seleb kan nggak harus artis!” sahut mas Erwin. Lalu dia mnegucapkan beberapa kalimat lagi, tapi aku tak bisa mendengar apa-apa.

Konsentrasiku mendadak lenyap.

Bagaimana aku bisa berpikir saat mas Erwin tiba-tiba melingkarkan tangannya ke bahuku saat mbak Ava mengambil foto kami beberapa kali?

Udara dingin sekali, tapi rengkuhan mas Erwin membuatku membara….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun